me....

me....
semoga yang ada di blog ini dapat membantu ✿◠‿◠

Sabtu, 19 Februari 2011

ORGANISME PENGGANGU TANAMAN (OPT)

LAPORAN PENELITIAN
ORGANISME PENGGANGU TANAMAN (OPT)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Taufik dan Hidayah serta Inayah-Nya sehingga makalah ini dengan judul “Pengairan atau Irigasi di Daerah Dataran Tinggi” dapat tersusun dengan baik. Kemudian makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan dari mata kuliah Dasar Agronomi.

Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kejanggalan-kejanggalan atau kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Oleh karena itu, penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak, sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pola pembangunan pertanian seperti ini, selain harus dapat memelihara tingkat produksi, juga harus mampu mengurangi dampak kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Salah satu kegiatan nyata yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga produksi pertanian dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta memperhatikan jasa-jasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman hayati pertanian, seperti jasa penyerbukan, jasa penguraian dan jasa pengendali hayati.
Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional.
Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggung resiko kegagalan usaha taninya. Selain itu, ketertarikan konsumen terhadap produk hortikultura yang bersih dan cantik, serta kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif, maka pestisida sintetis tetap menjadi primadona bagi petani.
Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat OPT, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa pestisida kimia sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi.
Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil. Terdapat kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran pestisida. Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi . Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.


1.2. TUJUAN

1. Agar mahasiswa mampu mengenal organisme-organisme di pertanian yang berpotensi sebagai OPT.
2. Agar mahasiswa mampu membedakan serangan-serangan atau gejala-gejala di pertanaman berbagai OPT yang ada yaitu hama, penyakit gula dan nematoda.
3. Dapat mengendalikan serangan OPT secara tepat dan bijaksana.
































BAB II
DASAR TEORI

2.1. Organisme Yang Berpotensi Sbegai Penggangu Tanaman.

Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama telah merupakan bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanaian ribuan tahun yang lalu. Manusia dengan sengaja menanam tanaman untuk di pungut hasilnya bagi pemenuhan keperluan sandang dan makanan. Kualitas dan kuantitas hasil makanan terus meninggkat sesuai dengan perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia. Namun, pada saat usaha pertanian manusia selalu mengalami gangguan oleh pesaing-pesaing yang berupa binatang yang ikut memakan tanaman yang di usahakanya. Karena itu binatang-bintang pesaing dan pemakan tanaman tersebut kemudian dianggap sebagai musuh manusia atau hama. Oleh karena keberdaanya di pertanaman yang merugikan dan tidak diinginkan, sejak semula manusia selalu berusaha memunaskan hama dengan cara apapun yang diciptakan manusia. Organisme yang sering berpotensi sebagai penggagu tanaman adalah hama.

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma, merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman. Oleh karena itu pencarian teknologi pengendalian OPT terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan sosial, ekonomi dan ekologi.
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda.. Setiap hama memiliki cara penanggulangan tersendiri.


2.2. Kehilangan Hasil Pertanian Akibat Adanya OPT

Tanaman dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat melaksankan fungsi-fungsi fisiologinya sesuai dengan potensial genetik terbaik yang dimilikinya. Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau karena kedaan lingkungan tertentu dan aslah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga menjadi penyimpanan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Akibat tanaman sakit maka hasil pertanuian dapat berkurang. Tanaman dapat terkena penyakit bisa diakibatkan oleh adanya hama.
Akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dalam membudidayakan tanaman khususnya sayuran dan hortikultura baik di lahan tadah hujan/irigasi, lahan kering, lahan rawa pasang surut maupun rawa lebak adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu serangan hama dan penyakit. Di lahan pasang surut ditemukan beberapa jenis hama potensial pada tanaman sayuran seperti hama perusak daun (ulat grayak, ulat jengkal, ulat pengorok daun serata hama perusak buah yaitu lalat buah). Beberapa jenis hama sayuran seperti pada tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera litura), ulat plutela (Plutela xylostella), penggerek pucuk (Crocidolomia binotlid) pada tanaman timun adalah kutu daun (Aphid gossypii). Yang dapat merugikan petani.


2.3. Hama Serangga

Serangga disebut merugikan adalah jika kehadirannya dapat merugikan tanaman. Misalnya, karena ulahnya, banyak daun yang robek termakan serangga atau menjadi kuning dan layu. Ini dapat dipastikan dengan memeriksa tanaman yang terindikasi diserang serangga itu. Bisa jadi disebabkan oleh sejenis kutu atau ulat pada akar tanaman, sehingga pertumbuhannya terganggu.
Aktivitas serangga dipengaruhi juga oleh kebutuhannya untuk makan, kelakuan makan seekor serangga, apa yang dimakannya dan bagaimana ia makan, biasanya menentukan nilai ekonomi suatu serangga.Makanan serangga dapat berbagai macam, bisa berupa tumbuhan atau hewan, dan bisa dalam keadaan mati ataupun dalam keadaan hidup.Banyak serangga yang khas dalam makanannya, jika mereka tidak memperolehnya mereka akan kelaparan dan akan berpindah ke tempat lain, dan ada juga serangga yang beralih jenis makanannya jika tidak ditemukannya.
Serangga pemakan hewan bisa berarti menjadi :
• predator (memakan hewan lain),
• parasit (makan pada hewan lain, tetapi tidak membunuh inangnya), atau
• parasitoid (makan pada inang dan membunuh inangnya).
Serangga-serangga pemakan umumnya merupakan pemakan serangga lain, karena itu disebut entomofagus. Serangga entomofagus memegang peranan penting dalam menekan populasi serangga hama.
Serangga predator umumnya memakan jenis serangga yang lebih kecil atau lebih lemah, untuk sekali makan, dan memangsa satu atau lebih serangga, biasanya serangganya aktif dan kuat, hidup terpisah dari mangsa mereka dan seringkali mencari serangga ke tempat berbeda untuk waktu makan yang berbeda.
Contoh serangga predator adalah Kumbang ladybird, lalat perompak, dan larva syrphidae.
Serangga parasit biasanya hidup pada tubuh inangnya dan hidup terus-menerus selama paling tidak sebagian dari siklus hidupnya, ukurannya biasanya lebih kecil daripada inangnya, dan dalam satu inang bisa hidup lebih dari satu parasit.Grup serangga yang banyak menjadi parasit adalah Hymenoptera, Diptera dan Strepsiptera.Serangga parasit yang memarasit dan mematikan serangga inangnya dikenal sebagai parasitoid,Serangga parasit tidak mematikan inangnya dan parasit biasanya bersifat ektoparasit, paling tidak selama bagian dari siklus hidup mereka, dan relatif sedikit saja merusakkan inangnya. sedangkan serangga parasit yang memarasit parasitoid disebut HyperparasitoidContohnya : tungau air sebagai ektoparasit dari serangga-serangga lain.
Banyak juga serangga yang merupakan ektoparasit pada vertebrata (sapi, kerbau, kucing, anjing dan lain-lain). Kebanyakan serangga parasit hewan beradaptasi dengan kuku yang kuat untuk mengait di rambut inang dan menjadi tidak bersayap. Beberapa serangga juga menjadi vector penyakit pada hewan, seperti kutu pinjal.
Tanaman merupakan habitat dan juga makanan serangga.Banyak serangga yang bersifat fitofag menjadi pesaing manusia dalam pertanian (hama). Beberapa serangga menjadi arboreal dan banyak modifikasi dalam tubuhnya, seperti serangga penggerek batang, penggerek daun dan beberapa kutu tempurung kelihatan menyatu pada tanaman.Tetapi serangga juga mempunyai masalah dengan tanaman, karena beberapa tanaman sebagian beracun atau kandungan nutrisi tidak sesuai dan beberapa jenis tanaman melakukan evolusi untuk pertahanan terhadap serangga herbivora.
Pertahanan tanaman terhadap serangga dilakukan secara kimia dan mekanis.
Secara kimia, beberapa tanaman tertentu mengandung bahan yang merugikan serangga (secondary compounds), sedangkan secara mekanis berupa duri, daun berambut dan lain-lain.
Tetapi walaupun demikian banyak serangga mengalami adaptasi morfologi untuk mengatasi sistem pertahanan tanaman, seperti kepala dan mandibel penggerek batang (Coleoptera: Cerambycidae) yang berukuran besar dan kuat.Beberapa serangga fitofag, selain merugikan karena aktivitas makannya, serangga bisa menjadi penyebar penyakit tanaman. Jenis penyakit yang banyak ditularkan serangga adalah virus selain fitoplasma, bakteri, cendawan dan lain-lain.
Serangga penyebar penyakit ini bisa bersifat sebagai vector, dimana terdapat penyebab penyakit masuk dalam sirkulasi tubuh serangga atau hanya sebagai carier (pembawa), penyebab penyakit menempel pada tubuh serangga sehingga terbawa pindah ke tanaman lain yang tidak berpenyakit.
Wereng coklat merupakan vektor penyakit virus pada tanaman padi. Wereng hijau (Hemiptera: Jassidae) menyebarkan penyakit tungro pada padi. Kutu daun, kutu kebul, dan trips juga merupakan vektor berbagai jenis virus pada tanaman sayuran dan tanaman hias.
Akibat aktivitas makan serangga, beberapa serangan serangga mengakibatkan terbentuknya puru (galls), kebanyakan puru terjadi pada daun, tangkai, bunga, pucuk tanaman. Contohnya serangan pada padi oleh sejenis nyamuk (Diptera: Cecydomyiidae) dan ‘bisul-bisul’ pada daun jambu bol oleh Psyllidae (Hemiptera).
Serangga bagi tanaman juga bisa saling memberikan keuntungan, sehingga terjadi koevolusi mutualisme antara tanaman dan serangga. Contohnya serangga sebagai agen agen cross-pollination. Myrmecochory merupakan adaptasi tanaman sedemikian rupa terhadap semut sebagai penyebar. Semut dapat membawa biji dan menyebarkannya, sehingga semut ini dapat menjadi penyerbuk.
Meskipun hampir semua tanaman dapat terserang serangga, namun ada sebaliknya dimana tanaman makan serangga. Contohnya tanaman kantong semar (Nepenthe).Mekanisme yang lain adalah jebakan berperekat pada tanaman. Tanaman makan serangga untuk dicerna dan diambil nutrisinya, seperti protein dan lain-lain.
Serangga saprofagus adalah serangga yang makan sisa bahan organik, tumbuh-tumbuhan yang mati atau yang membusuk atau bahan-bahan hewani seperti bangkai, tinja, reruntuhan daun daun, batang kayu yang mati dan sebagainya.Serangga pemakan bangkai yang paling umum adalah kumbang bangkai (Silphidae), kumbang kulit (Dermestidae dan Troginae), dan larva dari berbagai lalat (terutama lalat hijau).Serangga pemakan tinja yang paling umum adalah kumbang Scarabaeidae dan Histeridae, dan larva berbagai lalat terutama lalat muskoid.

2.4. Penyakit Tanaman
Banyak sekali penyakit yang dapat mengenai tanaman. Ilmu yang mempelajari penyakit tanaman disebut fitopatologi yang mempelajari tentang proses perkembangan penyakit-penyakit pada tanaman, serta cara menanggulangi penyakit tanaman tersebut.
Penyakit yang sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembang biak melalui pengeluaran spora yang tersebar melalui media udara, air serta tanah. Jamur ini biasanya berwarna putih dan dapat ditanggulangi dengan fungisida. Penyakit yang timbul juga dapat berasal dari protozoa serta bakteri. Penyebaran protozoa adalah sebagai zoospore yang tahan hidup dalam waktu yang lama di dalam tanah selama bertahun-tahun.
Sedangkan bakteri sebenarnya hidup dalam tanaman yang tidak begitu berbahaya dan hanya sebagian kecil dari mereka yang mengakibatkan penyakit terutama di daerah subtropis dan tropis. Selain itu penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh virus yang tersebar melalui perantara seperti serangga.
Gangguan penyakit oleh virus dan protozoa dapat dihilangkan dengan penggunaan pestisida. Penyakit pada tumbuhan sering juga diakibatkan oleh datangnya hewan pengganggu seperti wereng, belalang, dan berbagai jenis serangga lainnya. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan penggunaan insektisida.
Penyakit pada tanaman disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit umumnya lebih banyak dibanding bakteri. Bagian tanaman yang terkena bakteri biasanya mengeluarkan bau tidak sedap.
1. Busuk Akar
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat kehitaman. Busuk akar disebabkan karena media yang terlalu lembap sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembang. Tanggulangi busuk akar dengan mengganti media baru yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan fungisida pada bekas potongan. Bisa juga dengan menyemprotkan fingisida Previcur N dosis 1 ml/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.
2. Layu Fusarium


Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi cokelat keabuan lalu tangkainya membusuk. Penyababnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan fusarium oxysporium leluasa berkembang. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam. Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungsida Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folocur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis1 g/l. Penyakit ini dapat dicegah dengan menyiramkan Folicur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali.
3. Layu Bakteri

Dari namanya tentu dapat diketahui bahwa penyakit tanaman disebabkan oleh bakteri. Layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus tetap dijaga agar tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalui lembap. Atasi layu fusarium dengan menyemprotkan bakterisida Agrept dosis 1-2 ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.
4. Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak daun ini dapat diatasi dengan langsung memotong daun yang busuk. Dapat juga menyemprotkan fungisida folicur 25 WP dosis 1-2 g/l atau folicur 250 EC dosis 1-2 ml/l. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Score dosis 1 cc/l. Frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali. Pupuk berkadar kalsium tinggi juga dapat membantu mengatasi penyakit ini.
Virus
Adanya virus pada aglaonema ditandai dengan daun yang berlubang menjadi kekuningan atau menjadi keriting. Perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun. Tanaman yang terjangkit virus tidak dapat ditanggulangi. Perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif. Virus dapat menyebar dengan bantuan vektor seperti hama pengisap cairan tanaman dan penggunaan alat potong yang tidak steril.
Kelainan Fisiologis

Gejala fisiologis disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, defisiensi hara, air, dan tingkat keasaman. Sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan daun mengering dan layu. Bercak coklat akan timbul bila daun yang tidak berklorofil terbakar sinar matahari.

2.5. Nematoda
Puluhan ribu penyakit tumbuhan menggagu tumbuhan yang di budidayakan. Rata-rata, setiap tanaman budidaya dapat di ganggu oleh seratus penyakit tumbuhan bahkan lebih. Setiap jenis patogen mengganggu dari satu varietas ke varietas yang lainya.
Nematoda (dari bahasa Yunani νῆμα (nema): "benang" adalah sebuah filum. Filum ini merupakan salah satu filum yang beranggotakan terbanyak (sekitar 80.000 spesies, 15.000 diantaranya merupakan parasit). Contohnya adalah cacing tambang.

Nematoda memiliki ciri-ciri umum :
1. mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau PSEDOSELOMA.
2. Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).



Struktur anatomi nematoda adalah:
Sistem integumen, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.
Sistem Digesti, dimulai dari mulut pada ujung anterior tubuh yang dikelilingi oleh bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu ada), esofagus, katup esofagointestina, intestinum atau mesonteron, sekum (ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka (cacing jantan) dan anus.
Sistem Syaraf, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk cincin yang mengelilingi ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6 batang syaraf menuju ke anterior dan 4 ke posterior.
Sistem Reproduksi, jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi).
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) , vagina dan terakhir vulva.

Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
A. secara langsung : 1. Melalui larva infektif : Ancylostoma sp.
2. melalui telur infektif : Ascaris sp., Trichuris sp.

Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula menembus kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.
B. secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI) Dirofilaria sp., Thelazia sp.

1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan oleh hospes definitif.
2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara menembus masuk kedalam hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.





BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan organisme pengganggu tanaman (OPT) duilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2010 pada hari minggu pada pukul 16.00 WIB di Kelurahan kelampangan, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan Pengamatan di lapangan

- Jaring penagkap serangga
- kantung pelastik gula
- Kantong plastik kresek ( bsear dan kecil)
-Tali rapia
- Kertas koran
- Kardus
- Alat tulis
- Kertas lebel
- Alkohol

- Botol aqua

Bahan membuat Jaring:
- Gelas air mineral 2 buah
- kain kasa
- lem kastol
- kapas

Alat dan bahan pengamatan di laboratorium

- hasil pengamatan di lapangan (hama, penyakit, gulma)
- slide glass
- Cover glass
- mikroskop
-sample tanah
- pinset
- Jarum tajam



3.3. Metode

Dalam Praktikum lapangan organisme pengganggu tanaman (OPT) menggunakan metode dalam pelaksanaanya. Metode yang di gunakanya adalah metode Survei.
Survai atau dalam bahasa Inggris “survey” adalah salah satu bentuk atau jenis penelitian yang banyak dikenal dan disebut-sebut. Namun demikian seringkali kita salah-kaprah dalam menggunakan istilah tersebut. To survey adalah bertanya pada seseorang dan lalu jawabannya direkam Survey adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam suatu sampel Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrumen yang bisa merekam tangapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian (Nan Lin1976) Walau umumnya orang bisa saling mempertukarkan istilah “survey” dengan “daftar pertanyaan” , namun istilah survey digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai metodenya. Survai merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan - tertulis atau lisan.
Dari berbagai tulisan yang disusun oleh pakar tersebut maka dapat dimaknakan bahwa survai boleh disebut sebagai satu bentuk penelitian yang respondennya adalah manusia; dan untuk bisa memperoleh informasi daripadanya maka perlu disusun satu instrumen penelitian yaitu kuesioner (daftar pertanyaan) dan atau pedoman wawancara (interview guide). Dengan demikian penggunaan istilah survai tidak tepat jika pada waktu mencari data, peneliti tidak bertanya (secara tertulis maupun lisan) kepada responden. Oleh karena itu dalam beberapa buku tentang metode penelitian, survai dibahas dalam topik teknik pengumpulan data, karena titik tekan kata “survey” adalah pada cara perolehan data.
Di bawah ini disajikan beberapa karakteristik penelitian yang bentuknya survai . Pertama : Melibatkan sampel yang mampu mewakili populasi. Jadi teknik pengambilan sampelnya harus sampling probabilistic (sampel acak). Survai yang dilakukan terhadap populasi dinamakan sensus. Kedua : Informasi yang dikumpulkan berasal langsung dari responden. Responden dapat menyatakan langsung pandangannya berdasarkan pertanyaan tertulis yang diberikan kepadanya (kuesioner), atau juga berdasarkan pertanyaan lisan (wawancara). Ketiga : Karena sampel harus representatif (mewakili populasi), maka ukuran sampelnya relatif banyak (sebanding dengan populasi), dibandingkan dengan metode lainnya. Keempat : Penarikan data dilakukan dalam tatanan yang natural, apa adanya, sesuai dengan kondisi sebenarnya. Responden harus tidak boleh mengemukakan tanggapannya dalam lingkungan asing yang tidak nyaman, atau akrab dengan dirinya. Misalnya, kuesioner diisi di ruang khusus. Biasanya peneliti datang ke tempat kerja atau ke rumah responden.

3.4. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksaan dalam Praktikum lapangan organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah :
1. Kumpul di laboratorium jurusan Budidaya Pertanian pada pukul 05.00 WIB.
2. Berangkat dari jurusan budaya Pertanian di lepas oleh pak Usman pada pukul 05.30 WIB.
3. Melakukan pengamatan langsung terhadap hama, penyakit dan gulma pada tanaman jagung, kemangi, kacang panjang, jambu mente, karet, bayam, terong.
4. Mengambil sampel dari penyakit dan sampl tanah.
5. Tanaman yang terserang penyakit diambil dan dimasukkan ke dalam kantong plastik gula.
6. Hama yang ada pada tanaman di ambil dan di masukkan ke dalam botol aqua yang berisi alkohol.
7. Mengambil sampel gulma yang meggangu tanman dan di taruh ke dalam kertas koran.
8. Setelah semua sampel dari masing- tanaman di dapatkan. Sampel di beri label dan di jadikan satu di dalam kardus.
9. Sampel yang sudah ada diamati di leb .
10. Pada gulma, serangga, dilihat klasifikasnya dan jenis .
11. Pada tanaman yang terkena penyakit , diambil sampel yang sakitsedikit menggunakan jarum lalu di letakan pada slide glass dan diberikan air lalu di tutupi dengan cover glass dasn diamati pada mikroskop.
12. Gambar yang di temukkan dalam mikroskop damati dan digambar.
13. pada smapel tanah dimasukkan kedalam gelas aqua yang ada saringannyadan diberi air.
14. air tanah yang sudah di saring diambil dan di letakan pada slide glass dan diberikan air lalu di tutupi dengan cover glass dasn diamati pada mikroskop untuk diamati nematoda.
15. Mengamati nematoda yang terlihat dan di gambar .
16. Hasil yang terlihat dan yang di amati di laboratorium di ctat pada tabel yang sudah di sediakan,.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


TABEL HASIL PENGAMATAN

No Jenis serangga;ordo Di temukan di tanaman Gejala kerusakan di bagian tanaman Jenis tanaman yang di serang Keterangan
1 Belalang (ortophera) Daun Daun berlubang jagung
2 Oteng-oteng(coloeptera) Daun Daun berlubang jagung
3 Kepik hijau (nezra viridula) ordo: hemiptera Daun Menghisap jaringan tanaman jagung
4 Keping coklat (hemiptera) Daun Menyerang pada polong buah Kacang-kacangan
5 Capung(odonata) Daun Menyerang pada polong buah Kacang-kacangan predator
6 Ulat gerayak (lipodeptera) Daun Daun berlubang Bayam
7 Kepik coklat Daun Menyrang pada polong buah kacang
8 Laba-laba batang Bayam predator


No Jenis Gulma yan ditemukkan Lokasi temukan Golongan Gulma Populasi Gulma Keterangan
1 Fuiren siliaris, cypereceae Sekeliling tanaman Rumputan 2 % Dicabut
2 Ludwigia adscerdes, granacres Sekeliling tanaman Rumputan 1 % Dicabut
3 Eclipta posrata, compositas Sekeliling tanaman Rumputan 1 % Dicabut
4 Hydrolea zylonica, hydrophyllaceae Sekeliling tanaman Rumputan 1 %
Dicabut
5 Fuwirena ciliaris, cyperaceae Sekeliling tanaman Rumputan 1 %
Dicabut
6 Centosem prbeslen Sekeliling tanaman kacangan 1 %
Dicabut
7 Lindera procumbens, seroptivlarianceae Sekeliling tanaman Kacang-kacangan 1 % Dicabut
8 Cypera iria l. Cyperagae Sekeliling tanaman Rumputan 2 % Dicabut
9 Comerlina nudifilica, comenelinaceae Sekeliling tanaman Rumputan 1,5 % Dicabut
10 Eribcaulon cinereaun, eriocaulaceage Sekeliling tanaman Rumputan 2 % Dicabut
11 Cyperus iria l, cyporaceae Sekeliling tanaman Rumputan 2 % Dicabut
12 Pospdua vagiratum smatrz, graminiae Sekeliling tanaman Rumputan 2 % Dicabut


No Tanaman/ bag. Tanaman yang terkena penyakit Tanda yang menyertai Gejala Gejala yang menyertai Keterangan
1 Terong Busuk basah Bewarna coklat, bintik-bintik hitam, bercak-bercak bulat Pada baian buah
2 Kacang panjang
( pada daun) Busuk kering Brcak, bewarna kecoklatan Pada bagian permukaan daun
3 Kacang panjang
(pada buah) Busuk basah Bercak, bewarna kecoklatan Pada seluruh bagian kacang panjang
4 Jagung (pada daun) Karat daun Daun layu Hampir semua permukaan daun
5 Jambu Mente Busuk basah Bercak hitam pada buah Hampir semua permukaan
6 Kacang panjang (pada bunga) Busuk bunga Daun membusuk dan di tumbuhi jamur Semua bagian permukaan
7 Karet (pada Daun) Bercak daun Terdapat bercak-bercak, mempunyai lubang-lubang tidak teratur. Pada seluruh bagian
8 Kemangi (pada daun) Busuk kering Busuk, berlubang yang tidak beraturan Hampir pada semua bagian
9 Bayam (pada batang) Busuk basah Bewarna coklat, dan terdapat jamur pada batang dekat akar. Ujung bagian batang



PEMBAHASAN
PENYAKIT KARAT JAGUNG

Gejala
Puccinia polysora membentuk irediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadang-kadang epidermis tetap mempunyai urediosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya epidermis pecah dan mass spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuaka urediosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamuur membeuntuk banyak urediosorus pada daun dan kadang-kadang pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit karat menyebakan mengeringnya bagian-bagian daun.
Puccinia sorghi membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk.
Penyebab penyakit
Puccinia polysora Undrew membentuk uredium (urediosorus) pada permukaan atas dan bawah daun, dan pada upih daun, tersebar rapat. Uredium bulat atau lonjong, dengan garis tengah 0,2-1 mm, berwarna jingga, epidermis daun yang menutupnya bertahan lama. Urediospora bulat telur sampai bukat telur memanjang, sering kali agak bersudut, 28-38 x 22-30 mikrometer; berdinding agak tebal, derwarna enmas, dengan duri-duri halus yang jarang, tebal 1-2 mikrometer; pori 4-5, ekuatorial. Telium berwarna gelap, tetap tertutup oleh epidermis , bulat, dengan garis tengah 0,2-0,5 mm. teliospora kurang lebih jorong atau berbentuk gada, biasanya tidak teratur atau agak bersudut-sudut, ujungnya tumpul atau terpancung, agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-26 mikrometer. Mesospora (teliospora bersel satu) banyak, dinding coklat kekuningan, halus, 1-1,5 mikroketer di ujungnya; tangkai kuning pucat, panjangnya sampai 30 mikrometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
P.polysora terutama merugikan di daerah basah di tropika. Urediospora palinh banyak dipoencarkanmenjelang tengah hari. Suhu optimum untuk pekecambahan urediospora adalah 27-280C. pada suhu ini uredium terbentuk 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan infeksi melalui mulut kulit. Penyekit dipengruhi oleh jenis tanaman jagung. Telah diketahui bahwa kwtahanan terhadap P.polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau dominan yang tidak penuh. P.sorghi terutama terdapat pada suhu yang agak rendah, di daerah pegunungan tropika atau di daerah beriklim sedang. Penyakit ini dibantu oleh suhu 16-230C. urediospora terdapat di udara paling banyak di waktu siang, pada tengah hari dan setelah tengah hari. Infeksi terjadi melalui mulut kulit, pada umumnya dengan pembentukan apresorium.
Pengelolaan
Jika diperlukanpenyakit dapat dikelola denagn penanaman jenis tahan. Diantar varietas unggul yang dianjurkan yang tahan terhadap penyakit kaeat adalah Metro, Kania Putih, Harapan, Harapan Baru, Nakula, Rama, Semar 1dan Semar 2, diantara jagung hibrida C3dan CPI 2 adalah tahan, sedang Pioneer 3, Pioneer 4 dan Pioneer 5 dinyatakan toleran. Di Afrika terdapat banyak jenis tehan dengan ketahanan yang berasal dari jenis-jenis jagung dari Amerika Latin.
Jika diperlukan penyakit karat dapat dikendalikan dengan fungisida, namun oada umumnya tindakan ini dianggap tidak menguntungkan. Diantar fungisida yang telah terbukticukup efektif adalah zineb, oksiklorida tembaga, fermat dan dithane.
PENYAKIT PADA TERONG
1. Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum
Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi
Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak
2. Busuk Buah
Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp.
Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk.

3. Bercak Daun
Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
4. Antraknose
Penyebab : jamur Gloesporium melongena
Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam
5.Busuk Leher akar
Penyebab ; Sclerotium rolfsii
Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat
6.Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati
Cara pengendalian Penyakit, Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut dan buang tanaman sakit Rendam benih dengan POC NASA dosis 2 cc / lt + Natural GLIO dosis 1 gr/lt, Pencegahan sebarkan Natural GLIO yang telah dicampur pupuk kandang sebelum tanam ke lubang tanam.
KEMANGI

Hama penyakit yang menyerang tanaman kemangi sangat sedikit. Bahkan petani kemangi sangat jarang melakukan penyemprotan insektisida. Penyemprotan ini memang dihindari karena dikhawatirkan residunya masih tertinggal di daun yang dipanen rutin. Meskipun demikian, bila ditemukan ulat yang menyerang daun kemangi dalam jumlah besar, dapat dilakukan pengendalian dengan insektisida Azodrin sebanyak 20-30 cc/1 air; atau Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/1 air.
GULMA

Gulma adalah tumbuhan pengganggu, bisa berupa tumbuhan liar atau sisa-sisa tanaman budidaya yang sebelumnya ditumpangsarikan dengan tanaman utama. Keberadaan gulma bisa berakibat fatal bagi tanaman utama. Tanaman pengganggu ini bukan hanya menyebabkan pelambatan saat berbuah, tetapi juga potensial mematikan tanaman. Pasalnya, gulma bisa menjadi agen penyebar virus, bakteri, serta cendawan penyebab penyakit. Selain itu, gulma juga bisa menjadi inang atau tempat hidup hama, seperti ulat dan belalang.

Pada tanaman buah semusim seperti jagung, kemangai, terong gulma sangat mengganggu pertanaman. Gulma kecil sekalipun sangat besar pengaruhnya, karena potensial merampas unsur hara dan air. Bila gulma tersebut berukuran sama atau lebih besar daripada tanaman utamanya, juga bisa bersaing memperoleh sinar matahari.

Gulma pada tanaman buah semusim bisa dikendalikan dengan pemakaian mulsa. Ada dua jenis mulsa yang sering digunakan pekebun, yakni mulsa jerami dan mulsa plastik hitam perak. Menggunakan mulsa jerami mempunyai keuntungan ganda, karena jerami juga berfungsi sebagai pupuk organik. Mulsa hitam perak juga tidak hanya menekan pertumbuhan gulma, tapi juga bisa menjaga kelembaban tanah di sekeliling tanaman. Namun, penggunaan mulsa plastik hitam perak harus diperhitungkan secara cermat. Mulsa hitam perak dirancang khusus untuk pengairan dengan penggenangan atau irigasi tetes. Para pekebun di Taiwan, sebagai negara yang memproduksi bahan ini pun lebih banyak yang menggunakan mulsa jerami.gulma dapat pula dibasmi dengan menanam penutup tanah (covercrop) yang sekaligus berfungsi sebagai pupuk hijau. Menggunakan herbisida, biasanya digunakan pada budidaya tanaman buah berskala luas.Secara manual, yakni dengan penyiangan.

HAMA
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
1. Kutu Putih / Kutu Kebul

Kutu ini lebih banyak menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding dengan di dataran tinggi. Kutu putih whitefly ini dapat ditemukan di batang dan daun bagian bawah. Kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun. Hal ini dapat ditanggulangi dengan membersihkan dengan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer. Setelah itu, daun disemprotkan kembali dengan insektisida. Insektisida kontak atau sistemik yang bisa digunakan, seperti mitac 200 EC dosis 1-2 ml/l, Decis 1 cc/l, dan Cofidor 200 SL dosisi 1 ml/l.
2. Ulat

Hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp., ditandai dengan daun muda atau setengah tua yang rombeng dari pinggir. Ada juga ulat yang menyerang batang, yaitu noctuidae. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan menggambil ulat secara mekanis. Namun, bila jumlahnya sudah banyak, ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida 2 minggu sekali. Insektisida yang dapat digunakan adalah Decis 25 EC 0,5-1 ml/l, Atabron 1 ml/l, atau Buldok 25 EC dosis 0.5-2 ml/l.
3. Belalang

Gejala penyerapan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun-belalang tidak bisa terbang dengan sayap basah. Anda juga dapat menyemprotkan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l. Campurkan Decis 2,5 EC dosis 0,75-1 ml/l dengan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali.
4. Kutu Perisai

Hama ini menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang punggung daun, Sesuai namanya, kutu ini memiliki bentuk fisik seperti perisai pada bagian punggungnya. Kutu perisai diatasi dengan menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.
5. Root Mealy Bugs
Hama ini menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih. Tanaman menjadi kurus, kerdil daunnya mengecil dan layu. Anda dapat menanggulangainya dengan mengganti media tanam. Selain itu, gunakan insektisida Confidor 200 SL dosis 0,5-0,75 ml/l atau Supracide 25 WP dosis 1-2 g/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.
6. Kutu Sisik

Menyerang bagian daun, pelepah, batang, dan bunga. Bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati. Bersihkan kutu sisik dengan cara dikerik. Anda juga dapat menyemprotkan insektisida Confidor 200-SL atau Agrimex 18 EC dosis 1 ml/l dengan frekuensi 1 minggu sekali.

























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam mebudidayakan tnaman , banyak kendala dan halangan yang di sebabkan oleh organisme penggagu tanaman (OPT). Sehingga kita harus mampu mengenal organisme-organisme di pertanaman yang berpotensi sebagai OPT sehingga dapat membedakan serangan dan gejala di pertanaman sehingga bisa mengendalikan serangan OPT secara tepat dan bijaksana.

SARAN

Semoga petani dapat lebih baik lagi dalam mengendalikan gulam agar bisa mendapatkan hasil prodiksi yang maksimal tampa menggunakan bahan kimia yang berlebihan sehingga tanaman yang di hasilka ti mengandung bahan kimia.














DAFTAR PUSTAKA

Agrios.n. goeorge.1996.Ilmu Penyakit Tumbuhan Edidi Ketiga. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Djafaruddin. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Umun). Pt bumi askara. Jakarta.

Untung, kusumbo. 1993. Pengantar Pengelolaaan Hama Terpadu. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


http://www.duniaflora.com/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=2&infoid=6

http://www.smansamba.sch.id/serangga-dan-makanannya/

http://yan.yanuar08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-karat/

http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/kendalikan-gulma-hama-penyakit-percepat-pembuahan-1234752919.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar