me....

me....
semoga yang ada di blog ini dapat membantu ✿◠‿◠

Jumat, 11 November 2011

INFILTRASI

I. PENDAHULUAN
Infiltrasi dimaksudkan sebagai proses masuknya air kepermukaan tanah. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupun dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran disungai. Pengertian infiltrasi (infiltration) sering dicampur-adukkan untuk kepentingan praktis dengan pengertian perkolasi (percolation) yaitu gerakan air kebawah dari zona tidak jenuh, yang terletak diantara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah (zona jenuh). Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi (infiltration Capaciti) dan laju infiltrasi (Infiltration rate). Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah tertentu.

Proses Terjadinya Infiltrasi adalah proses dimana ketika air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut masuk kedalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses masuknya air hujan kedalam tanah ini disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan kapiler tanah. Laju infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya grafitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Dibawah pengaruh gaya grafitasi , air hujan mengalir tegak lurus kedalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus keatas, kebawah, dan kearah horizontal. Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori yang relatif kecil. Pada tanah dengan pori-pori besar , gaya ini dapat diabaikan pengaruhnya, dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gaya grafitasi. Dalam perjalanannya tersebut, air juga mengalami penyebaran kearah lateral akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih sempit.

Proses infiltrasi yang demikian, melibatkan tiga proses yang tidak saling tergantung :
1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah
2. tertampungnya air hujan rtersebut di dalam tanah
3. proses mengalirnya air tersebut ketempat lain (bawah, samping, dan atas).

Infiltrasi (peresapan) merupakan perjalanan air melalui permukaan tanah dan menembus masuk kedalamnya. Tanah dapat ditembusi air karena adanya celah yang tak kapilar melalui yang mana aliran air grafitas mengalir kebawah menuju air tanah, dengan mengikuti suatu jalan berhambatan paling lemah. Gaya-gaya kapilar mengalihkan air grafitas secara terus menerus kedalam rongga-rongga pori kapilar, sehingga jumlah air grafitas yang melalui horizon-horizon yang lebih rendah secara berangsur-angsur berkurang. Hal ini menyebabkan bertambahnya tahanan pada aliran grafitas di lapisan permukaan dan berkurangnya laju infiltrasi pada saat hujan meningkat. Air hujan yang jatuh ketanah akan masuk kedalam tanah dengan adanya gaya grafitasi, viskositas dan gaya kapilar dan disebut juga sebagai proses infiltrasi. Laju infiltrasi aktrual tergantung dari karakteristik tanah dan jumlah air yang tersedia dipermukaan tanah untuk membuat tanah lembab.

Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Waktu dari saat hujan atau irigasi
2. Tekstur dan stuktur tanah
3. Persediaan air awal (kelembaban awal) atau jumlah air yang tersedia di permukaan tanah.
4. Kemampuan tanah untuk mengosongkan air diatas permukaan tanah
5. Penghantar hidrolik
6. Kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan kedalaman seresah
7. Tumbuhan bawah atau tajuk penutup tanah lainnya.

Kedalaman air yang masuk ketanah tergantung dari beberapa faktor, yaitu : jumlah air hujan, porositas tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta lapisan yang tidak dapat ditembusi oleh air. Air yang tertahan oleh lapisan kedap air (misalnya batu) membentuk air tanah. Pengaruh tumbuh-tumbuhan terhadap daya serap sukar ditentukan, karena tumbuh-tumbuhan juga mempengaruhi intersepsi. Meskipun demikian, tumbuh-tumbuhan penutup menungkatkan infiltrasi jika dibandingkan dengan tanah terbuka, sebab :

• Tumbuhan penutup menghambat aliran permukaan, sehingga memberikan waktu tambahan pada air untuk memasuki tanah
• sistem akarnya membuat tanah lebih mudah dimasuki
• daun-daunnya melindungi tanah dari tumbukan oleh tetes air hujan yang jatuh dan mengurangi muatan air hujan dipermukaan tanah.

Sifat-sifat yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi adalah struktur tanah yang sebagian ditentukan oleh tekstur dan kandungan air. Unsur struktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapan pori.

Menurut Soemarto (1995), laju infiltrasi dapat diukur dengan cara berikut ini :

1. Dengan menggunakan Testplot

Pengukuran daya infiltrasi dengan menggunakan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap luasan yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap besarnya daya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi air, seperti pada gambar dibawah ini, laju infiltrasi nya didapat dari banyaknya air yang ditambahkan agar permukaan airnya konstan.

2. Dengan menggunakan Lysimeter

Lysimeter berupa tangki beton yang ditanam di dalam tanah, yang di isi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi dengan fasilitas drainase dan pemberian air.

3. Test Penyiraman (Sprinkling Test)

Di atas sebidang tanah dengan luas beberapa puluh meter persegi, diberikan hujan tiruan dengan intensitas yang diketahui dan konstan fp permukaan tanahnya dibuat agak miring, sehingga limpasansebesar i fp  permukaan sebesar i.

4. Dari hubungan curah hujan dengan limpasan dalam daerah pengaliran kecil
Pada kenyataannya adalah lebih sulit untuk mendapatkan penurunan kehilangan hanya dari daya infiltrasi saja, dibandingkan dengan mendapatkan gabungan dari seua kehilangan.


II. METODOLOGI


2.1. WAKTU DAN TEMPAT

Pengamatan tentang infiltrasi ini dilaksanakan pada hari Sabtu,tanggal 14 Mei 2011, pukul 15.00 WIB.Dan bertempat di Kebun percobaan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat – alat yang diperlukan dalam praktikum tentang infiltrasi ini yaitu ring sampel berbentuk lingkaran yang berukuran kecil dan berukuran besar masing – masing satu buah, ember, penggaris, dan stopwatch (jam handphone). Sedangkan bahan yang digunakan adalah air bersih, tanah gambut, dan tanah berpasir.

2.3. PROSEDUR KERJA

Adapun langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam praktikum tentang infiltrasi ini yaitu sebagai berikut :

 Menancapakan terlebih dahulu ring sampel yang berukuran paling besar, kemudian menancapkan ring sampel yang berukuran lebih kecil tepat dibagian tengah ring sampel besar.
 Selanjutnya mengisi ring sampel yang telah ditancapkan tersebut diisi dengan air sampai penuh. Ring sampel yang kecil yang terlebih dahulu diisi air, kemudian mengisi terus air sampai kedua ring sampel tersebut terisi penuh.
 Ukur ketinggian kedua ring sampel tersebut dan ukur pula ketinggian permukaan airnya dengan menggunakan penggaris.
 Kemudian mencatat dan menghitung waktu yang diperlukan oleh air untuk turun setiap 1 cm.
 Ring sampel dipasang pada tanah gambut dan tanah berpasir.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan Kecepatan Infiltrasi ditanah Gambut
Waktu (menit) Tinggi Air (cm)
0 16,5
2,40 16,0
6,37 15,0
11,41 14,0
17,03 13,0
21,55 12,0
29,01 11,0
34,45 10,0
40,30 9,0
47,37 8,0
54,26 7,0
62,21 6,0
71,33 5,0
79,01 4,0
88,50 3,0
97,10 2,0
106,09 1,0
112,17 0




Hasil Pengamatan Kecepatan Infiltrasi ditanah Berpasir
Waktu (menit) Tinggi Air (cm)
0 16,0
1,03 15,0
1,59 14,0
3,08 13,0
4,29 12,0
6,52 11,0
9,35 10,0
12,39 9,0
15,44 8,0
19,07 7,0
22,25 6,0
26,22 5,0
29,48 4,0
34,20 3,0
37,07 2,0
38,37 1,0

3.2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan ditanah gambut dapat diketahui bahwa kecepatan infiltrasi pada tanah gambut lebih kecil apabila dibandingkan dengan kecepatan infiltasi ditanah berpasir. Pada tanah gambut waktu yang diperlukan air untuk melakukan infiltrasi dengan ketinggian 1 cm adalah rata – rata selama 6,08 menit. Sedangkan pada tanah berpasir waktu yang diperlukan air untuk melakukan infiltrasi dengan ketinggian 1 cm adalah rata – rata selama 2,33 menit.
Adapun hal – hal yang mempengaruhi tingkat kecepatan infiltrasinya tersebut adalah profil tanah dan pori - pori tanah. Padah tanah gambut profil tanahnya lebih halus dan partikel tanahnya lebih kecil serta pori – pori tanahnya berukuran lebih kecil sehingga air sulit mengalami infiltrasi dan banyak terjadi aliran permukaan saja (run-off). Sedangkan pada tanah gambut tingkat kecepatan infiltrasi air masuk kedalam tanah lebih besar, hal ini disebabkan karena profil tanah berpasir lebih kasar dan partikel tanahnya berukuran lebih besar serta pori – pori tanahnya berukuran lebih besar pula, sehingga air dengan mudah meresap kedalam tanah (mengalami infiltrasi).


IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa profil tanah gambut lebih halus dari pada tanah berpasir, partikel tanah gambut lebih kecil jika dibandingkan dengan tanah berpasir, ukuran pori – pori tanah gambut lebih kecil sedangkan pori – pori tanah berpasir lebih besar, serta kecepatan infiltrasi lebih besar ditanah berpasir yaitu sebesar 2,33 menit/cm sedangkan pada tanah gambut kecepatan infiltrasinya lebih kecil yaitu 6,08 menit/cm. Hal ini dapat dilihat dari lamanya atau cepatnya waktu yang diperlukan air untuk meresap kedalam tanah (melakukan infiltrasi).

DAFTAR PUSTAKA :

C. Asdak.1995. Pengelolaan Air Irigasi. Rajawali. Bandung
Foth, M. 1994. Agrohidrology. Kanisius. Yogyakarta
Hardjowigeno. 1987. Pengelolaan Air. Kanisius. Yogyakarta
Hakim, dkk,. 1986. Agrohidrologi. Pradnya Paramita. Jakarta
Syarief ,M. 1986. Hidrologi Untuk Pengairan. Rajawali. Bandung

PENGUKURAN TINGGI AIR TANAH

I. PENDAHULUAN
Air sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan komponen utama dalam sel-sel penyusun jaringan tanaman. Kehidupan tiap sel tergantung pada sifat cairan di sekelilingnya yaitu cairan extra sel (ces), dimana air adalah komponen utama pengisi sel. Dalam larutan sel terdapat ion-ion dan molekul-molekul yang diperlukan dalam melaksanakan fungsinya dalam proses difusi, osmosis, transpor aktif dan dalam reaksi biokimia seperti fotosintesis, transpirasi dan lain-lain.
Di dalam tanah keberadaan air sangat diperlukan oleh tanaman yang harus tersedia untuk mencukupi kebutuhan untuk evapotranspirasi dan sebagai pelarut, bersama-sama dengan hara terlarut membentuk larutan tanah yang akan diserap oleh akar tanaman.
Dalam Buckman and Brady (1982) disebutkan bahwa keberadaan air berdasarkan klasifikasi biologi air di dalam tanah ada tiga bentuk yaitu : air kelebihan, air tersedia dan air tidak tersedia. Pada umumnya kelebihan air yang terikat pada kapasitas lapangan tidak menguntungkan tanaman tingkat tinggi. Bila terlalu banyak air, keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika mencapai titik jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari kelebihan air adalah terlindinya unsur hara bersama gerakan air tersebut ke bawah. Pada tanah yang bertekstur halus, hal ini mungkin hanya perpindahan unsur hara ke lapisan yang lebih bawah dan tidak terlalu dalam sehingga masih dapat diserap oleh akar tanaman.
Air merupakan pembatas pertumbuhan tanaman karena jika jumlahnya terlalu banyak menimbulkan genangan dan menyebabkan cekaman aerasi sedangkan jika jumlahnya sedikit sering menimbulkan cekaman kekeringan. Oleh sebab itu kebijakan pengelolaan air harus dilakukan agar tak terjadi water logging dan pemanfaatan air dapat seefisien mungkin sesuai kebutuhan.
Sebagai bagian integral pembangunan pertanian secara utuh, kegiatan pengelolaan lahan dan air diarahkan untuk mendukung terwujudnya Departemen yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pertanian melalui penyelenggaraan birokrasi yang bersih dalam mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air. maka kegiatan pengelolaan lahan dan air diarahkan untuk mendukung subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dalam mencapai sasaran produksi komoditas unggulan nasional. Prioritas Kegiatan Pengelolaan Lahan dan Air adalah tersedianya lahan dan air secara berkelanjutan untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.

II. METODOLOGI

2.1 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum tentang pengelolaan air terhadap pertumbuhan tanaman jagung ini dilakukan pada tanggal 9 April 2011 samapai dengan 7 Mei 2011. Yang bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2 ALAT DAN BAHAN

Adapun alat – alat yang dgunakan dalam praktikum ini adalah Penggaris, timbangan analitik, ember, spidol, alat tulis, dan pot dari gelas aqua. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu tanah liat, tanah berpasir, tanah gambut, dan air.

2.3 CARA KERJA

Adapun langkah – langkah kerja yang dilakukan dalam praktkum ini adalah sebagai berikut :

 Mengambil masing-masing sampel tanah sebanyak 2 gelas aqua
 Kemudian masing-masing sampel tersebut ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik
 Masing-masing sampel tanah dalam gelas aqua tersebut diambil dan ditimbang serta dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050C
 Memberi label menggunakan spidol pada masing-masing gelas sampel dengan perlakuan disiram dan ditanami biji (SB), tidak disiram dan ditanami biji (TSB), disiram (S), dan tidak disiram (TS)
 Kemudian menanam biji tanaman jagung pada gelas sampel dengan perlakuan disiram dan ditanami biji (SB) serta tidak disiram ditanami biji (TSB)
 Kemudian mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung pada gelas sampel tersebut setiap 1 minggu sekali
 Setelah pengamatan selesai tanah yang ada didalam masing-masing gelas sampel tersebut kembali dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050C
 Menyiram tanaman yang ada didalam gelas sampel sesuai dengan perlakuannya setiap dua hari.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL PENGAMATAN

3.1.1 HASIL PENGAMATAN BERAT TANAH SEBELUM DIOVEN DAN SESUDAH DIOVEN
DATA BERAT TANAH BASAH DAN CAWAN AWAL SEBELUM DIOVEN
TANGGAL 10 APRIL 2011
NAMA KELOMPOK JENIS PERLAKUAN BERAT TANAH DAN CAWAN (gram) BERAT CAWAN (gram) BERAT TANAH (gram) JENIS TANAH
I S 17,92 11,34 6.58 Tanah gambut

TS 19,96 11,12 8.84
II S 21,17 11,4 9.77
TS 18,99 11,89 7.1
III S 20,65 11,32 9.33
TS 19,77 12,46 7.31
IV S 9,90 5,25 4.65 Tanah berpasir
TS 9,54 5,89 3.65
V S 11,81 5,41 6.4
TS 10,27 5,02 5.25
VI S 12,15 5,66 6.49
TS 9,96 5,28 4.68
VII S 21,18 10,24 10.94 Tanah liat
TS 18,99 10,65 8.34
VIII S 23,71 11,01 12.7
TS 23,03 11,07 11.96
IX S 25,34 11,14 14.2
TS 18,24 11,86 6.38

Keterangan : S = pot disiram
TS = pot tidak siram



DATA BERAT CAWAN DAN TANAH SETELAH DI OVEN
(SUHU 105°C SELAMA 1 X 24 JAM)
TANGGAL 11 APRIL 2011
NAMA KELOMPOK JENIS PERLAKUAN BERAT TANAH DAN CAWAN (gram) BERAT CAWAN (gram) BERAT TANAH (gram) JENIS TANAH
I S 14,12 11,34 2.78 Tanah gambut

TS 16,08 11,12 4.96
II S 14,18 11,4 2.78
TS 14,41 11,89 2.52
III S 14,60 11,32 3.28
TS 15,56 12,46 3.1
IV S 9,22 5,25 3.97 Tanah berpasir
TS 9,37 5,89 3.48
V S 10,36 5,41 4.95
TS 10,16 5,02 5.14
VI S 10,01 5,66 4.35
TS 9,16 5,28 3.88
VII S 14,66 10,24 4.42 Tanah liat
TS 15,58 10,65 4.93
VIII S 18,21 11,01 7.2
TS 19,26 11,07 8.19
IX S 19,78 11,14 8.64
TS 16,13 11,86 4.27

Keterangan : S = pot disiram
TS = pot tidak siram





DATA BERAT CAWAN DAN TANAH AWAL SEBELUM DIOVEN
TANGGAL 07 MEI 2011
NAMA KELOMPOK JENIS PERLAKUAN BERAT TANAH DAN CAWAN (gram) BERAT CAWAN (gram) BERAT TANAH (gram) JENIS TANAH
I S 16.34 11,34 5 Tanah gambut

TS 16.12 11,12 5
II S 14.4 11,4 3
TS 17.39 11,89 5.5
III S 16.82 11,32 5.5
TS 17.96 12,46 5.5
IV S 8.52 5,25 3 Tanah berpasir
TS 8.89 5,89 3
V S 8.41 5,41 3
TS 8.02 5,02 3
VI S 8.66 5,66 3
TS 8.28 5,28 3
VII S 15.24 10,24 5 Tanah liat
TS 15.65 10,65 5
VIII S 16.01 11,01 5
TS 16.07 11,07 5
IX S 16.14 11,14 5
TS 16.86 11,86 5

Keterangan : S = pot disiram
TS = pot tidak siram






DATA BERAT CAWAN DAN TANAH SETELAH DI OVEN
(suhu 105°C selama 1 x 24 jam)
TANGGAL 08 MEI 2011
NAMA KELOMPOK JENIS PERLAKUAN BERAT TANAH DAN CAWAN (gram) BERAT CAWAN (gram) BERAT TANAH (gram) JENIS TANAH
I S 14,99 11,34 3.65 Tanah gambut

TS 15.89 11,12 4.77
II S 17.25 11,4 5.85
TS 16.83 11,89 4.94
III S 14,94 11,32 3.62
TS 16.89 12,46 4.43
IV S 8.07 5,25 2.82 Tanah berpasir
TS 8.92 5,89 3.03
V S 8.22 5,41 2.81
TS 9.02 5,02 4
VI S 8.43 5,66 2.77
TS 8.28 5,28 3
VII S 14.54 10,24 4.3 Tanah liat
TS 14.83 10,65 4.18
VIII S 14.89 11,01 3.88
TS 15.60 11,07 4.53
IX S 15.35 11,14 4.21
TS 16,77 11,86 4.91

Keterangan : S = pot disiram
TS = pot tidak siram





3.1.2 HASIL PENGAMATAN KADAR AIR TANAH DALAM POT
DATA AWAL BERAT TANAMAN DENGAN PERLAKUAN DISIRAM DAN DITANAMI BIJI JAGUNG (Tanggal 9 April 2011)
NO NAMA KELOMPOK PERLAKUAN JENIS TANAH BERAT TANAH AWAL (gram)
1 I Disiram dan ditanami biji Tanah Gambut 206
2 II Disiram dan ditanami biji 199
3 III Disiram dan ditanami biji 204
4 IV Disiram dan ditanami biji Tanah Berpasir 272
5 V Disiram dan ditanami biji 373
6 VI Disiram dan ditanami biji 271
7 VII Disiram dan ditanami biji Tanah Liat 259
8 VIII Disiram dan ditanami biji 254
9 IX Disiram dan ditanami biji 247




DATA HASIL PENGAMATAN KADAR AIR TANAH DALAM POT SETIAP DUA HARI
NO HARI, TANGGAL PENGAMATAN KELOMPOK JENIS PERLAKUAN BERAT TANAH DALAM POT (gram) JENIS TANAH

1 Minggu, 10 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 206 Tanah gambut
II 199
III 204
IV 272 Tanah berpasir
V 373
VI 271
VII 259 Tanah liat
VIII 254
IX 247
2 Selasa, 12 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 183 Tanah gambut
II 175
III 186
IV 261 Tanah berpasir
V 328
VI 253
VII 258 Tanah liat
VIII 241
IX 220
3 Kamis, 14 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 180 Tanah gambut
II 173
III 184
IV 262 Tanah berpasir
V 329
VI 250
VII 256 Tanah liat
VIII 240
IX 218
4 Sabtu, 16 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 171 Tanah gambut
II 165
III 176
IV 267 Tanah berpasir
V 319
VI 263
VII 234 Tanah liat
VIII 223
IX 223
5 Senin, 18 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 173 Tanah gambut
II 167
III 175
IV 266 Tanah berpasir
V 325
VI 262
VII 235 Tanah liat
VIII 240
IX 228
6 Rabu, 20 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 175 Tanah gambut
II 170
III 178
IV 263 Tanah berpasir
V 332
VI 265
VII 236 Tanah liat
VIII 242
IX 238
7 Jum’at, 22 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 165 Tanah gambut
II 147
III 159
IV 268 Tanah berpasir
V 327
VI 245
VII 216 Tanah liat
VIII 209
IX 214
8 Minggu, 24 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 188 Tanah gambut
II 178
III 191
IV 263 Tanah berpasir
V 333
VI 261
VII 240 Tanah liat
VIII 241
IX 235
9 Selasa, 26 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 186 Tanah gambut
II 181
III 190
IV 268 Tanah berpasir
V 342
VI 261
VII 242 Tanah liat
VIII 246
IX 221
10 Kamis, 28 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 185 Tanah gambut
II 176
III 188
IV 261 Tanah berpasir
V 336
VI 262
VII 238 Tanah liat
VIII 241
IX 228
11 Sabtu, 30 April 2011 I Disiram dan ditanami biji 183 Tanah gambut
II 174
III 184
IV 263 Tanah berpasir
V 325
VI 262
VII 238 Tanah liat
VIII 242
IX 230
12 Senin, 2 Mei 2011 I Disiram dan ditanami biji 184 Tanah gambut
II 172
III 189
IV 264 Tanah berpasir
V 327
VI 261
VII 254 Tanah liat
VIII 245
IX 232
13 Rabu, 4 Mei 2011 I Disiram dan ditanami biji 177 Tanah gambut
II 169
III 182
IV 260 Tanah berpasir
V 323
VI 252
VII 252 Tanah liat
VIII 243
IX 220
14 Jum’at, 6 Mei 2011 I Disiram dan ditanami biji 178 Tanah gambut
II 167
III 180
IV 258 Tanah berpasir
V 324
VI 249
VII 257 Tanah liat
VIII 241
IX 212
15 Minggu, 7 Mei 2011 I Disiram dan ditanami biji 177 Tanah gambut
II 169
III 180
IV 261 Tanah berpasir
V 327
VI 248
VII 252 Tanah liat
VIII 238
IX 210


DATA HASIL PENGAMATAN PERTUMBUHAN TANAMAN DALAM POT
( Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman ) setiap satu minggu
No Kelompok 11 April 2011 16 april 20111 23 Aprl 2011 30 April 2011 07 Mei 2011
Tinggi Tanaman Banyak Daun Tinggi Tanaman Banyak Daun Tinggi Tanaman Banyak Daun Tinggi Tanaman Banyak Daun Tinggi Tanaman Banyak daun
1 I 0 0 10 cm 2 24 cm 3 30 cm 4 31 cm 5
2 II 0 0 5 cm 2 10 cm 3 16 cm 4 20 cm 5
3 III 0 0 0 0 8.2 cm 2 24 cm 3 30.4 cm 4
4 IV 0 0 9 cm 3 13 cm 3 20 cm 3 24 cm 4
5 V 0 0 8 cm 2 16 cm 3 17.8 cm 3 18 cm 4
6 VI 0 0 2.5 cm 2 3.8 cm 2 5.7 cm 3 6.8 cm 4
7 VII Benih tidak tumbuh
8 VII Benih tidak tumbuh
9 X Benih tidak tumbuh


3.2 PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa jumlah kadar air yang hilang setelah dioven adalah sekitar 4 – 5 ml pada tanah gambut, dan pada tanah berpasir kehilangan atau penurunan kadar airnya setelah dioven adalah sekitar 1 – 2 ml, sedangkan pada tanah liat kehilangan atau penurunan kadar airnya setelah dioven adalah sekitar 5 – 6 ml. Sehingga tingkat kehilangan atau penurunan kadar air terbesar setelah dioven adalah pada tanah liat. Hal ini disebabkan karena partikel – partikel tanah liat mengikat banyak air.
Pada pengamatan pengelolaan air terhadap pertumbuhan tanaman pada usia 7 hari (1 minggu) tidak ada tanaman yang tumbuh atau berkecambah. Sedangkan pada masa tanam 14 hari (2 mingu) tanaman yang tumbuh adalah pada gelas sampel I dengan tinggi tanaman 10 cm dan jumlah daun dua helai, gelas sampel II dengan tinggi 5 cm dan daun sebanyak dua helai, gelas sampel IV dengan tinggi 9 cmdan daun sebanyak 3 helai, gelas sampel V dengan tinggi 8 cm dan daun sebanyak dua helai cm serta gelas sampel 6 dengan tinggi 2,5 cm dan daun sebanyak 2 helai.
Kemudian pada masa tanam 2 minggu (14 hari) tanaman yang tumbuh adalah pada gelas sampel I dengan tinggi 24 cm dan jumlah daun 3 helai, gelas sampel II dengan tinggi 10 cm dan jumlah daun 3 helai, gelas sampel III dengan tinggi 8,2 cm dan jumlah daun 2 helai, sampel IV dengan tinggi 13 cm dan daun sebanyak 3 helai, gelas sampel V, dengan tinggi 16 cm dan banyak daun 3 helai serta gelas sampael VI dengan tinggi 3,8 cm dan daun sebanyak 2 helai.
Kemudian pada masa tanam 3 minggu (21 hari) tanaman yang tumbuh adalah pada gelas sampel I dengan tinggi 30 cm dan jumlah daun 4 helai, gelas sampel II dengan tinggi 16 cm dan jumlah daun 4 helai, gelas sampel III dengan tinggi 24 cm dan jumlah daun 3 helai, sampel IV dengan tinggi 20 cm dan daun sebanyak 3 helai, gelas sampel V, dengan tinggi 17,8 cm dan banyak daun 3 helai serta gelas sampael VI dengan tinggi 5,7 cm dan daun sebanyak 3 helai.
Kemudian pada masa tanam 4 minggu (28 hari) tanaman yang tumbuh adalah pada gelas sampel I dengan tinggi 31 cm dan jumlah daun 5 helai, gelas sampel II dengan tinggi 20 cm dan jumlah daun 5 helai, gelas sampel III dengan tinggi 30,4 cm dan jumlah daun 4 helai, sampel IV dengan tinggi 24 cm dan daun sebanyak 4 helai, gelas sampel V, dengan tinggi 18 cm dan banyak daun 4 helai serta gelas sampael VI dengan tinggi 6,8 cm dan daun sebanyak 4 helai.
Hal ini disebabkan karena pada gelas sampel I, II, III, IV, V dan VI kadar air yang diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya tersedia dan dalam kondisi kelembaban yang efektif untuk menunjang proses pertumbuhan biji tanaman jagung tersebut. Sedangkan pada gelas sampel VII, VIII, dan IX tdak ada biji tanaman jagung yang tumbuh hal ini dikarenakan banyaknya genangan air yang sulit terevaporasi dari gelas sampel yang berisi tanah liat tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan biji tanaman jagung menjadi sulit untuk tumbuh karena kondisi yang tergenang tersebut menyebabkan sel – sel biji tanaman tidak dapat tumbuh sehingga lama – kelamaan biji tanaman tersebut menjadi mati.
Adapun besarnya tingkat kehilangan kadar air pada tanah gambut selama 48 jam (2 hari) adalah rata – rata sebesar 30 ml. Pada tanah berpasir besarnya tingkat kehilangan kadar airnya selama 2 hari adalah rata – rata sebesar 22 ml. Dan pada tanah liat besarnya kadar air yang hilang selama 2 hari adalah rata – rata sebesar 11 ml, hal inilah yang menyebabkan tanah liat yang berada pada gelas sampel VII, VIII, dan IX tidak dapat tumbuh. Selain itu tekstur tanah tanah liat yang sangat halus dan pori – porinya yang berukuran sangat kecil yang menyebabkan air sulit meresap masuk kedalam tanah liat tersebut.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah pada gelas sampel I, II, III yang berisi tanah gambut serta gelas sampel IV, V, dan VI yang berisi tanah berpasir. Sedangkan pada gelas sampel VII, VIII, dan IX yang berisi tanah liat tanaman tidak dapat tumbuh.

Kehilangan kadar air yang terbesar adalah pada tanah gambut yatu sebesar 30 ml/2 hari, dan pada tanah berpasir kehilangan kadar airnya lebih kecil jika dibandingkan dengan tanah gambut yaitu sebesar 22 ml/2 hari. Sedangkan pada tanah liat kadar airnya yang hilang sangat sedikit yaitu rata – rata sebesar 11 ml/2 hari.

DAFTAR PUSTAKA

C. Asdak.1995. Pengelolaan Air Irigasi. Rajawali. Bandung

Foth, M. 1994. Agrohidrology. Kanisius. Yogyakarta

Hardjowigeno. 1987. Pengelolaan Air. Kanisius. Yogyakarta

Hakim, dkk,. 1986. Agrohidrologi. Pradnya Paramita. Jakarta

Syarief ,M. 1986. Hidrologi Untuk Pengairan. Rajawali. Bandung.

http://www.membuatblog.web.id/2010/02/hidrologi-tanah.html

http://www.lablink.or.id/Hidro/air-permukaan.htm

http://acehpedia.org/Air_Tanah

http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air

http://syadiashare.com/jenis-jenis-air.

PENYILANGAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongenae) DAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkawinan antar spesies merupakan salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan. Keragaman tersebut nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan varietas yang memiliki sifat unggul. Varietas bersifat unggul tersebut yang nantinya dapat dilepas sebagai varietas unggul.
Perkawinan silang antar spesies dan dalam spesies memiliki beberapa perbedaan dalam tingkat keragaman genetik nantinya. Jenis perkawinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga dalam proses perkawinan dalam tanaman atau sering disebut dengan penyerbukan diperlukan pengetahuan khusus mengenai meorfologi dan sifat-sifat pada bunga.
Pembungaan merupakan pertanda bahwa suatu tanaman sedang berada dalam kondisi generatif. Dalam botani bunga merupakan salah satu cara pengelompokan tanaman dalam taxonomi. Tanaman yang sedang berbunga memiliki aktivitas metabolisme yang berbeda dengan tanaman yang berada dalam fase vegetatifnya. Fase generatif tanaman tersebut lebih memfokuskan penggunaan karbohidrat dan senyawa-senyawa lain bagi pembentukan biji.Kemampuan setiap jenis tanaman untuk melakukan pembungaan berbeda baik dalam waktu pembungaan maupun waktu masaknya benang sari dan kepala putik.
Proses penyerbukan ditandai dengan menempelnya serbuk sari ke kepala putik. Setiap jenis tanaman memiliki cara-cara tersendiri dalam proses tersebut secara alami. Penyerbukan tanaman oleh manusia baik untuk memperoleh varietas baru maupun untuk mendapatkan produk dari tanaman tersebut harus memperhatikan proses penyerbukan tanaman secara alami itu sendiri.
Tanaman yang menyerbuk silang (cross pollinated plants) adalah jenis tanaman yang dalam meneruskan generasi keturunannya hanya dapat terjadi apabila diserbuki oleh tepung sari dari pohon sejenis lainnya. Perilaku penyerbukan jenis tanaman seperti ini dapat disebabkan oleh faktor yakni factor morfologi, dan factor fisiologi. Kedua factor ini masing-masing meliputi monoecy, dioecy, dan alat-alat pembungaan untuk factor morfologi, sedangkan pada factor fisiologi mencakup self incompatibility, dan male sterility. Monoecy mempunyaii ciri dengan bunga jantan dan betina berada dalam pohon yang sama (jagung), sedangkan dioecy, antara bunga jantan dan betina berada pada pohon yang berbeda (asparagus, bayam, pepaya), dan kondisi alat-alat pembungaan (floral devices), sering terjadi ketidakserasian ukuran dan letak antara kepala putik dan kantong sari. Pada ketidakserasian silang diri (self incompatibility) karena halangan fisiologis (kembang sepatu, umumnya tanaman ubi jalar), dan sterilitas jantan (male sterility) karena tidak menghasilkan butir tepung sari yang fertile.
Tanaman menyerbuk silang adalah heterozigot dan heterogen. Antara satu individu dengan individu lainnya sangat berbeda nyata secara genetis meskipun secara fenotip relative seragam. Keragaman genetk individu dalam populasi sangat besar. Seleksi harus ditujukan hanya pada salah satu sifat ekonomis terpenting, kemudian sifat yang lainnya untuk menghindari turunnya respon seleksi. Keseimbangan tersebut harus dipahami seperti silang dalam (F), besar efektif populasi, peran gen, dan seleksi memihak heterozigot.
Ada empat metode dasar dimana varitas baru tanaman menyerbuk silang dapat diperoleh yaitu melalui introduksi, seleksi, hibridisasi dan varitas sintetis. Dalam metode seleksi sangat jarang digunakan individu tanaman untuk merakit varitas baru karena adanya segregasi dan silang luar sehingga sangat susah untuk mempertahankan sifat-sifat tetua terhadap keturunannya. Selan itu keragaman genetik individu harus dipertahankan untuk mencegah akibat buruk dari perubahan lingkungan.
Hibridisasi pada dasarnya ada dua prosedur yang dapat dilakukan pada tanaman menyerbuk silang, yaitu hibridisasi antar varitas, dan hibridisasi antara galur murni. Hibridisasi antar varitas adalah persilangan dua tanaman atau lebih sebagai tetua dari populasi heterozigot pada banyak losai (loci). Sedangkan hibridisasi galur murni dengan konstitusi genetic yang homozigot sempurna hanya dapat dicapai melalui teknik andro- dan parthenogenesis pada kultur in vitro, sedangkan homozigot yang hampir sempurna dapat dipeeroleh melalui silang sendiri. Sedangkan secara varitas sintetik adalah dengan cara generasi lebih lanjut tanaman menyerbuk terbuka dari percampuran benih sekelompok galur, varitas, klon, atau hibrida diantara benih kelompok tanaman diatas. Metode varitas sintetis memungkinkan untuk eksploitasi heterosis dengan kemampuan menghasilkan benih dalam jumlah terbatas generasi penyerbukan terbuka.
1.2. Tujuan Praktukum
Agar mahasiswa mengetahui cara - cara menyilangkan tanaman dan mampu menyilangkan tanaman jagung dan tanaman terung. Dapat mengetahui morfologi bunga dari berbagai spesies tanaman, mempelajari proses penyerbukan dari berbagai spesies bunga dan cara pernyerbukan silang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Terong

Terung (Solanum melongena, di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai terong) adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran. Asalnya adalah India dan Sri Lanka. Terung berkerabat dekat dengan kentang dan leunca, dan agak jauh dari tomat.
Terung ialah terna yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm (2-4 inci) lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan 15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam.
Terung ialah tumbuhan pangan yang ditanam untuk buahnya. Asal-usul budidayanya berada di bagian selatan dan timur Asia sejak zaman prasejarah, tetapi baru dikenal di dunia Barat tidak lebih awal dari sekitar tahun 1500. Buahnya mempunyai berbagai warna, terutama ungu, hijau, dan putih. Catatan tertulis yang pertama tentang terung dijumpai dalam Qí mín yào shù, sebuah karya pertanian Tiongkok kuno yang ditulis pada tahun 544. Banyaknya nama bahasa Arab dan Afrika Utara untuk terong serta kurangnya nama Yunani dan Romawi menunjukkan bahwa pohon ini dibawa masuk ke dunia Barat melewati kawasan Laut Tengah oleh bangsa Arab pada awal Abad Pertengahan. Nama ilmiahnya, Solanum melongena, berasal dari istilah Arab abad ke-16 untuk sejenis tanaman terung.
Karena terung merupakan anggota Solanaceae, buah terung pernah dianggap beracun, sebagaimana buah beberapa varietas leunca dan kentang. Sementara buah terung dapat dimakan tanpa dampak buruk apa pun bagi kebanyakan orang, sebagian orang yang lain, memakan buah terung (serupa dengan memakan buah terkait seperti tomat, kentang, dan merica hijau atau lada) bisa berpengaruh pada kesehatan. Sebagian buah terung agak pahit dan mengiritasi perut serta mengakibatkan gastritis. Karena itulah, sebagian sumber, khususnya dari kalangan kesehatan alami, mengatakan bahwa terung dan genus terkait dapat mengakibatkan atau memperburuk artritis dengan kentara dan justru itu, harus dijauhi oleh mereka yang peka terhadapnya.
2.2. Tnaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pemuliaan tanaman ini dilaksanakan dilapangan pada kebun milik petani yang terletak di jalan Cjilik Riwut Km 4,5 (sebelah kolam renang) di laksanakan pada hari Jumaat pukul 08.00 WIB – selesai.

3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini tidaklah terlalu menggunakan bahan maupun alat yang banyak, karena sekedar melakukan penyerbukan buatan pada tanaman jagung dan terong saja. Yang dibutuhkan pada kebun tersebut yaitu kita memilih bunga betina pada areal tanaman yang baik untuk melakukan penyerbukan. Sedangkan alat yang digunakan yaitu : gunting, pinset.

3.3.Cara Kerja
a. Teknik Penyerbukan Pada Tanaman Jagung

Adapun cara yang dilakukan untuk penyerbukan buatan pada jagung yaitu :
1. Mencari bunga betina yang tepat untuk melakukan persilangan ( bunga betina yang belum di serbuki )
2. Setelah didapat bunga betina yang tepat, memotong ramput jagung tersebut dengan gunting.
3. Menyungkupnya dengan menggunakan kertas minyak atau sejenisnya yang tahan akan air hujan, membiarkannya kurang lebih selama 3 hari.
4. Setelak dibiarkan selama 3 hari, dibukapenutupnya, pada rambut jagung akan kelur berbentuk kuas cat ( lurus ).
5. Menyungkup tepung sari ( mencari bunga jantan pada tanamna yang sama dengan varietas yang berbeda), kemudian tepung sarinya dipotong dan di goncangkan didalam kertas minyak tersebut lalu menyungkup kembali bunga betinanya.
6. Di ikat dengan kencang, amplop/ ketas minyak yang digunakan untuk menyungkup jagung tersebut dapat di buka dalam jangka waktu kurang lebih selam 1 minggu. Akan di dapat hasil penyilangannya. Jika mengingginkan hasil persilangan yang baik, sebaiknya dilakukan penyilangan pada terik matahari.

b. Teknik Penyerbukan pada Tanaman Terong.

Adapun teknik penyerbukan buatan pada tanaman terong yaitu :

1. Memilih bunga yang di jadikan betina, memilih bunga betina tersebut haruslah bunga betina yang tepat serta baik untuk dilakukan persilangan.
2. Melakukan kastrasi yaitu dengan cara membuka kelopak bunga, memotong bunga jantan ( bunga yang berwarna putih ) dengan menggunakan pinset yang lembut.
3. Mengambil bunga jantan yang sudah mekar tetapi belum pecah ( mencari bunga jantan pada tanaman yang sama tapi varietas yang berbeda ).
4. Mengambilnya dapat digunakan dengan pinset, kemudian di sentuhkan pada kepala putik, tutup dengan kertas minyak , kemudian direkatkan dengan isolasi.
5. Persilangan dapat dikatakan berhasil apabila pada embrio saknya mengalami pembengkakkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Penyilangan tanaman terung (Solanum melongenae)
gambar
Penyilangan tanaman Jagung (Zea mays)
gambar
4.2 Pembahasan
Saat yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan atau hibridisasi adalah saat bunga telah setengah mekar sampai tiga perempat bagian bunganya (bunga yang masih kuncup) dan kepala putiknya berwarna putih. Pada saat itu, bunga jantan (benang sari) pada kotak sari tersebut belum masak atau pecah. Hal ini juga dipengarui oleh morfologi dari masing-masing bungan yang akan disilangkan. Keberhasilan persilangan ini karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu; suhu dan cahaya. Pada suhu udara yang dingin, suaca gelap atau musim hujan, saat berbungan akan terhambat,hal ini disebabkan serbuk sari tidak dapat menempel pada kepala putik secara keseluruhan.
Suhu yang panas, cuaca cerah, dan musim kemarau dapat mempercepat proses pembungaan. Hal ini yang menyebabkan atau alasan mengapa hibridisasi dilakukan pada siang hari. Suhu dan cahaya ketika siang hari terletak pada puncaknya. Cahaya matahari tepat berada di atas atau kedudukannya hampir vertikal sebesar 180o sehingga suhu permukaan bumi juga akan naik. Dengan demikian akan mempengaruhi keberhasilan dari penyilangan bunga yang akan disilangkan. Jika hibridisasi dilakukan pada pagi hari atau siang hari kemungkinan bunga yang disilangkan belum mengalami masak penuh, sehingga proses persilangan tidak akan berhasil. Peningkatan suhu dan kelembapan akan membuat percepatan pemasakan tepung sari. Hal tersebut yang menyebabkan perbedaan perlakuan kastrasi dan penyilangan tanaman.
4.2.1. Tanaman Jagung
Pada saat praktikum yang telah dilaksanakan, perlakuan dilakukan pada bunga tanaman yang berasal dari jenis tanaman monokotil dan dikotil seperti jagung dan terung. Pada bunga tanaman jagung, bunga ini menyerbuk secara silang karena posisi panjang benang sari yang berjauhan dengan putiknya. Oleh karena itu penyerbukan kemungkinan terjadi pada bunga tetangga karena angin. Bunga tersebut memiliki tempat benang sari dan putik yang berbeda. Warna biji berwarna putih kuning. tongkol yang terdapat di ketiak daun pokok matang mengandungi biji benih jagung.

Biji atau kernel mengandung tiga bagian yaitu perikarpa, endosperma dan embrio. Pembungaannya umumnya dibantu oleh angin. Dalam segi biologi bunga tanaman jagung memiliki karakteristik yang khas, tanaman jagung memiliki struktur bunga yang berbeda, bunga jantan umumnya masak terlebih dahulu dengan beberapa kumpulan kantong-kantong benang sari yang menutupinya. Benang sari tersebut memiliki tiga kantong yang dapat menyimpan benang sari. Bunga pada tumbuhan biasanya digunakan untuk alat perkembangbiakkan pada tumbuhan, demikian juga dengan jagung , jagung memiliki dua jenis bunga (jantan dan betina) yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious).
Bunga betinanya merupakan bunga majemuk tidak terbatas (inflorescentia racemosa) dan bunganya melekat langsung pada ibu tangkainya.Bentuknya berupa tongkol (spadix),seperti bulir,tetapi ibu tangkainya besar,tebal dan sering kali berdaging.Biasanya tongkolnya terbungkus oleh semacam pelepah dengan rambut.Tongkol tumbuh dari buku,diantara batang dan pelepah daun.Rambut ini sebenarnya adalah putik bunga jagung yang memanjang menyerupai rambut. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolific.
Bunga jantannya juga merupakan bunga majemuk tidak berbatas (inflorescentia racemosa) dan bunganya tidak melekat langsung pada ibu tangakainya. Bentuk bunganya berupa bulir majemuk dan berbentuk seperti karangan bunga (inflorescence).Serbuk sari berwarna kuning dan berbau khas. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini dari pada bunga betinanya (protandri). Tanaman jagung memilikki cara penyerbukkan anemofili, penyerbukkan dengan perantara angin. Hal ini sesuai dengan bentuk bunga dari jagung itu sendiri.
4.2.2. Tanaman Terung
Terung adalah tanaman menyerbuk sendiri sehingga keragaman genetiknya tidak beragam karena bunganya memiliki morfologi yang menyebabkan hanya bunga jantan itu yang dapat meyerbuki betina, putik terung tertutupi oleh kelopak bunga. Penyerbukan silang dapat dilakukan dengan cara peyerbukan silang buatan (hibridisasi).
Teknik menyerbuk silang pada tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan tanaman menyerbuk silang. Memilih 2 varitas tanaman yang ingin disilangkan, pemilihan bunga yang telah matang dan menentukan bunga sebagai bunga jantan dan betina, melakukan kastrasi pada salah satu bunga yang telah ditentukan sebagai tetua betina dengan pinset atau alat penghisap sampai benang sari tidak terdapat pada bunga itu supaya tidak terjadi penyerbukan sendiri, bunga jantan yaitu serbuk sari dioleskan ke kepala putik supaya terjadi penyerbukan. Kemudian bunga ditutup dengan bungkus anti air.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap individu memiliki variasi dalam sifat-sifatkecepatan pertumbuhanpembungaan dan kemampuan reproduksiresistensi kualitas dan bentuk batang, dllDalam perkawinan silang antara induk jantan dan induk betina, akan terjadi penggabungan sifat antara keduanya.Penelitian reproduksi biologi tanaman hutan saat ini telah mencapai tingkatan di mana penyerbukan terkendali dan seleksi sifat-sifat unggul dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas spesies.Perkembangan teknik persilangan yang efektif, karena itu sangat ditentukan oleh pengetahuan mengenai sistem breeding dari spesies dimaksud.
Penyerbukan silang buatan dimaksudkan untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh induk jantan dan induk betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memiliki gabungan dari sifat-sifat baik tersebut.Alasan lain dilakukannya penyerbukan silang buatan : Tanaman berkelamin satu (unisexualis) atau berumah dua (dioecious)Tanaman bersifat dikogami atau herkogamiSerbuk sari sterilSelfing terus menerus akan mengakibatkan degenerasiAdanya mekanisme self incompatible.

5.2 Saran
Semoga praktikum penyilangan tanaman terung (solanum melongenae) dan tanaman jagung (zea mays) dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan praktikum kedepanya dapat lebih baik lagi.

SERTIFIKASI PRODUK ORAGANIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini pangan organik tidak hanya diperdagangkan dalam bentuk segar saja, namun telah banyak pula diperdagangkan dalam bentuk olahan sehingga memberikan konsumen banyak pilihan bagi produk organik yang dikonsumsinya. Kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil merupakan salah satu tahapan produksi yang penting dalam pertanian organik. Dua kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan pangan organik yang berkualitas yang tetap terjaga status organiknya.
Pangan organik adalah pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian organik, dari budidaya, pasca panen hingga pengolahan hasil. Pangan dapat dinyatakan organik apabila sistem produksi tersebut dijalankan dengan benar dan mengikuti kaidah-kaidah pangan organik. Untuk menghasilkan pangan organik, perlu dilakukan budidaya, pasca panen, pengolahan, pelabelan hingga pemasaran yang memenuhi prinsip-prinsip pangan organik yang sesuai dengan SNI 01-6729-2002 tentang Sistem Pangan Organik.
Keorganikan produk organik ditentukan oleh proses produksinya, dari lahan hingga produk akhir. Integritas produk pangan organik harus tetap dijaga selama fase penanganan pasca panen dan pengolahan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang tepat dan hati-hati untuk menghindari kontaminasi, meminimalkan pemurnian serta penggunaan aditif dan alat bantu pengolahan yang diizinkan. Ada dua hal yang berpotensi mempengaruhi keorganikan produk olahan organik. Pertama, mengenai kandungan bahan organik yang digunakan. Kedua, potensi kontaminasi akibat pencampuran dengan produk non organik dan bahan-bahan yang dilarang saat proses pengolahannya.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas yang di berikan pada mata kuliah Pertanian Organik dan agar mahsiswa dapat mengetahui sertifikasi produk organik baik dari produk dan prosedur serta cara pembuatanya.

BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
Tentang sertifikasi yang relevan terhadap produk biofarmaka dan aromatik, sebenarnya tidak terbatas hanya untuk organik saja, setidaknya- untuk saat ini- terdapat empat macam sertifikasi yang menunjukkan standar dasar sebuah produk dapat memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan oleh pasar. Adapun sertifikasi dasar yang sebaiknya dipenuhi oleh produsen untuk memasuki pasar – dan bersaing tentunya- adalah sebagai berikut :
1. Sertifikasi Manajemen Kehutanan atau Forest Management Stewardship Council ( FSC ) . Salah satu publikasi yang menarik seputar sertifikasi ini adalah “ Tapping The Green Market” oleh P. Stanley et al ( 2002). Tujuan dari publikasi ini adalah untuk menjelaskan proses sertifikasi dari produk hasil hutan non kayu. Hal tersebut termasuk kriteria detail dari proses sertifikasi berdasarkan prinsip Forest Stewardship Council.
2. Sertifikasi Sosial, atau yang lebih dikenal dengan Perdagangan Berkeadilan ( Fair Trade ). Kebutuhan untuk produk yang memenuhi syarat perdagangan berkeadilan sangat tinggi di Uni Eropa. Badan sertifikasi terkenalnya adalah FLO- Fairtrade Labelling International . Mereka menghasilkan standar perdagangan berkeadilan untuk jangkauan variasi produk yang sangat luas termasuk untuk produk biofarmaka dan tanaman aromatik.
3. Sertifikasi Organik, lembaganya adalah International Federation of Organic Agriculture Certification ( IFOAM). Kebutuhan untuk sertifikasi organik bagi bahan mentah dan olahan biofarmaka serta tanaman aromatik semakin meningkat di Uni Eropa. Pada bentuk lain, sertifikasi organik juga berfungsi untuk menjamin kualitas.
4. Sertifikasi Kualitas Produk semacam GMP ( Good Manuacturing Practices) dan GACP ( Good Agricultural And Collection). Untuk hal ini silakan langsung mengunjungi situs WHO. Saat ini, total nilai pasar untuk produk organik sekitar 530 euro dan 630 euro pada harga ( Free On Board ), dimana 19 % diperuntukkan bagi suplemen makanan dan 14 % untuk pengobatan. Uni Eropa angkanya sekitar 43 %. Dari total pasar organik, 22% adalah bagian dari biofarmaka dan tanaman aromatik.

BAB III
PEMBAHASAN
Pada umumnya konsumen yang lebih suka membeli produk organik di dasarkan pada dua alasan utama yaitu asal produk dan kualitas produk. Produk berasal dari budidaya yang secara ekologi, social dan ekonomi berkelanjutan, dan kualitas produk baik termasuk nilai nutrisi dan keamanannya terhadap racun.
Untuk memperoleh produk yang memenuhi dua kriteria tersebut, pada awal perkembangan pertanian organik, konsumen biasanya melakukan inspeksi sendiri dengan mendatangi lokasi pertanian organik untuk mengetahui asal produk dan meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan memang berkualitas. Hal ini dilakukan karena kenampakan produk pertanian organik pada umumnya sulit dibedakan dengan produk pertanian konvensional.
Berikut ini diuraikan tentang cara mengajukan aplikasi (permohonan) untuk mengikuti program inspeksi dan sertifikasi pertanian organik Skal International (SI), Netherlands, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses inspeksi dan sertifikasi pertanian organik. Tujuannya adalah agar para calon produsen produk organik mengetahui tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh sertifikat organik, misalnya cara mengajukan aplikasi atau permohonan kepada lembaga inspeksi dan sertifikasi, dalam hal ini Skal International (SI), Netherlands, serta mengetahui hal-hal yang akan diinspeksi untuk memperoleh sertifikat organik.
Program inspeksi dan sertifikasi sistem pertanian organik ini dapat diikuti oleh usahatani perorangan atau kelompok, perusahaan pengolahan, koperasi, pedagang, perkebunan besar, dan lain-lain. Sebelum program ini dilaksanakan, perusahaan atau calon lisensi terlebih dahulu mengajukan aplikasi (permohonan) secara tertulis kepada SI.
Formulir aplikasi (terlampir) dan cara mengisinya adalah sebagai berikut:
1. Data perusahaan, ditulis nama perusahaan, alamat, nomor telepon dan fax termasuk email (kalau ada).
2. Program sertifikasi yang akan diikuti, dalam hal ini dipilih program metode produksi organik (organic production methods).
3. Jika perusahaan pernah diinspeksi dan atau disertifikasi sebelumnya maka disebutkan nama lembaga yang melakukan inspeksi atau sertifikasi. Informasi tentang inspeksi dan sertifikasinya dilampirkan termasuk laporan temuannya.
4. Diskripsi aktivitas perusahaan, dicantumkan unit-unit prosesing termasuk unit yang berkaitan dengan administrasi dan ekspor.
5. Unit-unit pertanian, luasnya, jumlah petani dan jenis produk yang dihasilkannya.
6. Jenis transportasi dan waktu tempuh dari lokasi unit-unit pertanian dan prosesing ke bandara terdekat, serta waktu tempuh antar unit pertanian maupun prosesing.
7. Jika sudah dibentuk sistem pengawasan intern, dijelaskan pula cara kerjanya.
INSPEKSI
Inspeksi adalah penyelidikan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang benar dan atau dengan menguji produk, proses atau aktivitas dan menentukan kesesuaiannya dengan standar atau dokumen normatif lainnya; termasuk inventarisasi.
1. Standar
Standar yang digunakan oleh inspektur SI dalam melakukan inspeksi pertanian organik adalah EEC Regulation No. 2092/91 tanggal 24 Juni 1991 dan beberapa amandemennya. Disamping itu digunakan pula standar yang ditetapkan oleh SI. Dua standar ini telah diterima secara internasional.
2. Metoda Inspeksi
Dalam melakukan inspeksi, inspektur SI menggunakan kombinasi beberapa metoda inspeksi untuk memeriksa, menguji dan membuktikan diterapkannya standar pertanian organik. Beberapa metoda yang digunakan antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap berbagai pihak yang bersangkutan dengan sistem produksi dan administrasi pertanian organik. Sebagai contoh di unit pertanian, inspektur akan bertanya kepada petani, pemilik tanah, buruh, petani tetangganya atau bahkan kepada penjual pestisida. Sedangkan di unit pengolahan inspektur antara lain akan bertanya kepada manajer produksi, pengontrol kualitas dan atau kepada pekerja di pabrik.
b. Inspeksi fisik
Di unit produksi pertanian, inspektur menginspeksi lahan dan sekitarnya. Merunut secara visual penggunaan pupuk buatan maupun pestisida misalnya mengamati warna daun, bau, packing kosong yang terdapat di kebun, dan lain-lain. Inspektur juga akan menginspeksi ruang penyimpanan produk pertanian, mesin-mesin dan peralatan yang digunakan. Sedangkan di unit pengolahan inspektur akan memeriksa semua tempat-tempat pengolahan dan penyimpanan.
c. Inspeksi administrasi
Inspeksi terhadap administrasi unit pertanian dilakukan terhadap semua dokumen yang berkaitan dengan input pertanian yang digunakan misalnya pupuk, bahan untuk perlindungan tanaman, dan lain-lain. Pembukuan mengenai produk organik yang di dapat dan produk yang dijual juga diinspeksi. Sedangkan di unit pengolahan, semua dokumen misalnya invoice, packing list, dokumen transportasi, dan lain-lain dari produk yang masuk dan produk yang keluar di chek dan dianalisis. Jika dipandang perlu inspeksi dilakukan sampai ke pembeli.
d. Sampling
Sampling atau pengambilan contoh untuk keperluan analysis kimia (misalnya herbisida, insektisida, fungisida, logam berat atau bahan-bahan lain yang tidak diperbolehkan) dilakukan untuk beberapa keperluan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan semua metoda tersebut ditentukan oleh inspektur tergantung pada kondisi yang dihadapinya. Berikut diberikan contoh pelaksanaan inspeksi secara garis besar sebagai berikut:
a. Mula-mula inspektur memberitahu lisensi tentang maksud inspeksi dan menerangkan prosedur inspeksi.
b. Kemudian, bersama lisensi membuat rencana inspeksi, misalnya kemana dan kapan, informasi apa yang diperlukan, dengan siapa akan berbicara, petani yang mana yang akan ditanyai, dan kebun mana yang akan diinspeksi, dan lain-lain. Pada inspeksi yang pertama, inspektur akan melakukan inventarisasi baik terhadap unit prosesing maupun unit pertanian. Dalam inventarisasi ini lisensi perlu menjelaskan tentang proses pengolahan, peta pabrik, kemudian mengunjungi pabrik mulai dari awal proses sampai dengan produk akhir. Memeriksa semua pembukuan. Dalam pemeriksaan pembukuan, inspektur tidak tertarik dengan harga tetapi asal, kuantitas, dan tujuan terakhir dari suatu produk.
c. Selama inspeksi, temuan dan kesimpulan inspeksi ditulis dalam form inspeksi yang akhirnya ditandatangani oleh lisensi atau orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut.
d. Inspektur selalu melakukan inspeksi secara transparan, terbuka dan jelas terhadap pihak yang diinspeksi dan menjelaskan kaitannya dengan standar dan aturan yang berlaku.
e. Pada akhir kunjungan inspeksi, inspektur akan mendiskusikan hasil inspeksi dan menjelaskan temuannya, serta merencanakan dan mendiskusikan inspeksi berikutnya.
4. Sistem Pengawasan Intern untuk Kelompok Tani
Sistem Pengawasan Intern (SPI) merupakan langkah yang praktis dan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh EEC 2092/91. SPI perlu dibentuk jika unit pertanian merupakan kelompok petani dengan luas masing-masing kurang dari 20 ha.
Inspeksi terhadap SPI antara lain ditujukan pada status, struktur dan tanggung jawab organisasi SPI, serta dokumen-dokumennya misalnya tentang prosedur SPI, formulir pemeriksaan yang telah dibakukan, misalnya buku kunjungan, tanggung jawab yang jelas dan jadwal kunjungan SPI serta pelaporannya. Di dalam prosedur diperiksa juga tindakan yang harus diambil oleh SPI jika terdapat anggota yang melanggar aturan budidaya organik, sanksi-sanksinya termasuk pencabutan keanggotaan dari proyek organik.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap rencana dan pelaksanaan pelatihan dan pembinaan anggota SPI sebagai pengawas intern. Tugas dan tanggung jawab pengawas intern dituangkan dalam perjanjian yang disebut field officer agreement.
Data dan dokumen SPI yang diinspeksi antara lain:
a. Daftar petani yang memuat nama petani, kode atau nomer lahan, lokasi, jenis tanaman yang diusahakan, luasnya (hektar) dan statusnya (organik atau konversi) serta catatan tentang pengetahuan masing-masing petani terhadap standar budidaya organik.
b. Hak dan kewajiban kelompok tani yang dituangkan dalam perjanjian secara tertulis dalam bentuk perjanjian petani (farmer-agreement).
c. Catatan tentang penyuluhan yang dilakukan terhadap anggota kelompok tani, baik yang dilakukan secara individu atau secara kelompok.
d. Peta tinjau (overview map) yang menggambarkan lokasi pertanian organik secara makro dan peta detail (detailed map) kebun yang menunjukkan kebun-kebun secara individu tiap anggota dan informasi tentang kemungkinan adanya risiko kontaminasi dari lingkungan sekitarnya.
e. Riwayat kebun dari tiap anggota yang berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan pemupukan dan perlindungan tanaman, khususnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang terakhir kali dilakukan.
f. Pembukuan yang jelas dan lengkap tentang produk yang dijual, produk yang disimpan, dan input pertanian yang digunakan oleh tiap anggota, termasuk referensi keorganikannya.
g. Catatan realisasi produksi tahun lalu dan estimasi produksi tahun ini.
h. Catatan tentang jumlah produk, produk yang disimpan dan produk yang dijual.
i. Catatan tentang pengawasan yang dilakukan oleh SPI misalnya dapat berupa buku kunjungan.
j. Laporan tiga bulanan dari SPI dan tindakan yang telah dilakukan oleh SPI.
5. Perjanjian Prosesor, Petugas SPI dan Petani
Perjanjian yang dimaksud disini adalah perjanjian untuk menerapkan standar pertanian organik dan melaksanakan instruksi yang diberikan oleh lembaga inspeksi dan sertifikasi. Perjanjian ini ditulis dengan bahasa lokal dan ditandatangani oleh prosesor (processor agreement) maupun petani (farmer agreement). Dalam hal kelompok tani, petugas SPI menandatangani field officer agreement. Perjanjian ini tidak terbatas waktunya dan tidak perlu diperbaharui.
6. Waktu Inspeksi
Inspeksi terhadap unit pertanian dilaksanakan pada waktu yang kritis terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan, misalnya pada waktu petani biasanya menebar pupuk buatan, perlakuan benih, herbisida, fungisida, dan lain-lain. Biasanya tenggang waktu inspeksi adalah sejak persiapan tanam sampai panen dari tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu, unit yang tidak diinspeksi pada waktu kritis tidak dapat disertifikasi sebagai organik. Untuk unit-unit yang diinspeksi dua kali dalam satu tahun tetapi hanya inspeksi kedua yang dilaksanakan sedangkan inspeksi yang pertama dilewati maka kebunnya dapat disertifikasi organik tetapi produknya tidak dapat dijual sebagai produk organik.
7. Kebebasan dan Keamanan Inspektur
Selama inspeksi, lisensi harus memberi kebebasan kepada inspektur SI untuk menginspeksi kebun-kebun produksi, ruang-ruang penyimpanan, tempat-tempat pengolahan hasil, catatan atau laporan, dokumen-dokumen pendukung, dan informasi lain yang memungkinkan pelaksanaan inspeksi. Jika inspektur tidak diberi kebebasan untuk hal-hal tersebut maka sertifikasi tidak dapat dilanjutkan.
8. Penyimpangan
Penyimpangan terhadap standar pertanian organik dan standar SI yang ditemukan oleh inspektur di tulis dalam formulir inspeksi. Pada saat memulai inspeksi, inspektur akan memeriksa penyimpangan terhadap standar yang terjadi pada inspeksi sebelumnya. Jika penyimpangan ini belum diperbaiki maka inspektur akan menulis kembali penyimpangan tersebut didalam formulir inspeksi.
Disamping penyimpangan, inspektur juga menyebutkan hal-hal yang perlu mendapat perhatian (point of attention). Hal yang perlu mendapat perhatian ini memang tidak membahayakan sertifikasi saat ini tetapi mungkin di kemudian hari.
9. Pelaporan
Setelah melakukan inspeksi, inspektur mengirim formulir inspeksi yang telah diisi ke Skal Internasional pusat di Netherland sebagai bahan sertifikasi. Data lainnya, misalnya daftar petani, peta tinjau dan peta ditail, laporan tri wulan dari SPI, dan lain-lain juga dikirim jika dianggap perlu untuk pertimbangan sertifikasi.
SERTIFIKASI
Setelah formulir inspeksi diterima oleh kantor pusat SI maka segera dilakukan pengechekan berbagai hal. Jika diperlukan, SI akan menghubungi inspekturnya untuk klarifikasi atau untuk memperoleh informasi tambahan yang diperlukan dalam sertifikasi.
Sertifikasi adalah tindakan yang diambil oleh pihak ketiga dengan penuh kepercayaan bahwa produk, proses atau pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar tertentu dan dokumen normatif lainnya. Penyimpangan-penyimpangan terhadap standar diperiksa dan diklasifikasi misalnya apakah sifatnya prosedural atau yang mengancam secara langsung terhadap keorganikan suatu produk. Penyimpangan-penyimpangan ini dapat menyebabkan dicabutnya sertifikat. Pada permulaan sertifikasi, semua penyimpangan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum sertifikasi.

BAB IV
KESIMPULAN

Pangan organik adalah pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian organik, dari budidaya, pasca panen hingga pengolahan hasil. Pangan dapat dinyatakan organik apabila sistem produksi tersebut dijalankan dengan benar dan mengikuti kaidah-kaidah pangan organik. Pengelolaan pangan olahan organik wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan. Untuk menghasilkan pangan organik yang berkualitas, prosesor perlu menjaga integritas keorganikan produk dan memenuhi Cara Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pangan Organik Yang Baik melalui sertifikasi produk organik. Sertifikasi yang menunjukkan standar dasar sebuah produk dapat memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan oleh pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Dewan koordinator.2011. Sertifikasi Produk Organik .http://dk-insufa.info/en/rural-development/427-sertifikasi-produk-organik-cegah-permainan-harga. Di akses pada tanggal 27 oktober 2011

Sumansutra. 2010. Produk Organik. http://sumansutra.wordpress.com/tanaman-organik/. Diakses pada tanggal 27 oktober 2011

Cacaoorganicfairtrade.2011. BIOCert, Lembaga Sertifikasi Organik, Inspeksi Produk Organik Dan Ekososial. http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com/2011/06/biocert-lembaga-sertifikasi-organik.html. Diakses pada tanggal 27 oktober 2011