me....

me....
semoga yang ada di blog ini dapat membantu ✿◠‿◠

Kamis, 01 Maret 2012

PEMBUATAN KOMPOS KAYAMBANG

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
• Pengertian kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
• Keuntungsn penggunaan pupuk kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
- Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
- Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
- Aspek bagi tanah/tanaman :
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
• Proses pengomposan terjadi secara anerobik dan aerobik
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengeahui carapembuatan bokasi kayambang (Salvina molesta).

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kayambang
Nama umum
Indonesia: Kiambang, kayambang
Inggris: kariba-weed


Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Ordo: Salviniales
Famili: Salviniaceae
Genus: Salvinia
Spesies: Salvinia molesta Mitchell
2.2. Kompos Tradisional
2.3. Kompos moderen

III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat

3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kayambang 10 kg yang dipotong sepanjang ± 2 cm, pupuk kandang ayam 1 kg, dedak 0,5 kg, gula merah 1 kg, EM-4 dan air secukupnya. Sedangkan alat yang di gunakan adalah cangkul, ember, karung, parang .

3.3. Cara Kerja
 Kayambang di potong sepanjang ± 2 cm sebanyak 1o kg kemudian dicampur pupuk kandang ayam, dedak, EM4 , gula merahyang telah di haluskan lalu di berikan ar secupnya dan diaduk hingga rata.
 Tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan tangan di lepas maka adonan akan mekar.
 Adonana diletakan dalam karung dan ditup serta diusahan agar adonan tidak terkena air.
 Melalukan pegecekan setiap hari dan melakukan pengatan.

IV. HASIL PEMBAHASAN
bagan “ buat struktukturnya” cara” pembuatan kompos dan jelaskan

Ciri” kompos yg matang
Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan uji di laboratorium atau pun pengamatan sederhana di lapang. Berikut ini disampaikan beberapa cara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos :
1. Dicium/dibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari
sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi
anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi
tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih
belum matang.
2. Kekerasan Bahan
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos
mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas-remas akan mudah
hancur.
3. Warna kompos
Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila kompos
masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos
tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos
seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
4. Penyusutan
Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos.
Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat
kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya
masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum
matang.
5. Suhu
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu
kompos yang masih tinggi, atau di atas 50o
C, berarti proses pengomposan masih
berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang.
6. Tes perkecambahan
Contoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa
benih (3 – 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan
juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup
dengan kaca/plastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari
ke-2 atau ke-3 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang
tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil
ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah.
7. Bioassay/Uji Biologi
Kematangan kompos diuji dengan menggunakan tanaman. Pilih tanaman yang responsif
dengan kualitas kompos dan mudah diperoleh, seperti: bayam, tomat, atau tanaman
kacang-kacangan. Tanah yang digunakan untuk pengujian adalah tanah marjinal/tanah
miskin. Campurkan kompos dan tanah dengan perbandingan 30% kompos : 70% tanah.
Masukkan campuran tanah-kompos ke dalam beberapa polybag. Tanam bibit tanaman ke
dalam polybag. Sebagai pembanding gunakan tanah saja (blangko) dan tanah subur.
Bioassay dilakukan tanpa pemupukan. Kompos yang bagus ditandai dengan
pertumbuhan tanaman uji yang lebih baik daripada perlakuan tanah saja (blangko).
8. Uji Laboratorium Kompos
Salah satu kriteria kematangan kompos adalah rasio C/N. Analisa ini hanya bisa
dilakukan di laboratorium. Kompos yang telah cukup matang memiliki rasio C/N< 20.
Apabila rasio C/N lebih tinggi, maka kompos belum cukup matang dan perlu waktu
dekomposisi yang lebih lama lagi.


Faktor” penyebab kegagalan pengomposan
Permasalahan yang sering muncul pada saat pengomposan antara lain adalah: tidak terjadi peningkatan suhu, muncul bau menyengat dan tidak terjadi penurunan volume kompos. Penyebab yang umum terjadi antara lain karena kekurangan air atau kelebihan air dan kurang aerasi. Apabila tumpukan kompos tampak kering, maka tambahkan air secukupnya. Air ditambahkan secara merata sehingga seluruh bagian mendapatkan air yang cukup. Jika jerami sangat kering, jerami dapat dicelup/direndam dengan air terlebih dahulu.
Apabila muncul bau yang menyengat dan tumpukan kompos cukup kering, kemungkinan proses pengomposan berjalan anaerob. Segera buka plastik penutup dan lakukan pembalikan agar udara bisa masuk ke dalam tumpukan kompos. Setelah itu platik ditutupkan kembali.Apabila muncul bau menyengat dan tumpukan kompos terlalu basah, maka tambahkan aerasi. Penambahan aerasi dapat dilakukan dengan cara menamcapkan batang-batang bambu yang telah dilubangi. Apabila perlu dapat dilakukan pembalikan tumpukan kompos.

1. Masukan gambar pengomposan setiap minggunya beri keterangan

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
Semoga praktikum kedepanya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/02/makalah-pengolahan-kompos.html]

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1918